Jika dilihat dari judulnya saja sudah
membuat saya sangat antusias untuk menulis artikel ini karena ini merupakan
pembahasan yang sangat menarik untuk dijelaskan. Menurut saya, Sains dan Tuhan
adalah suatu hal yang tidak bisa dipisahkan. Kenapa? Karena Tuhan menciptakan
manusia, manusia adalah makhluk yang memiliki pikiran, yang mana mereka dapat
memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi sampai mereka dapat mengembangkan
sebuah ilmu pengetahuan. Rasa keingintahuan yang tinggi ini lah membuat mereka
ingin mencari pembenaran dan bukti tentang keberadaan Tuhan. Keberadaan yang
menciptakan mereka (Manusia) serta seisi alam semesta.
Pertama-tama akan kita bahas mengenai
survey yang pernah dilakukan oleh Nasional Opinion Research Center di
Universitas Chicago pada tahun 2012. Mereka melakukan survey ini sudah sejak
tahun 1991. Hasil yang didapat adalah kepercayaan terhadap Tuhan mulai
berkurang di 14 negara dari 18 negara, dengan hasil survey 2,4% sementara yang
menganut ateis ada di 3 negara dengan rata-rata 1,7%.
Padahal selama berabad-abad, sains masih
membutuhkan Tuhan. Sejak abad Yunani, Tuhan masih dipercaya memiliki peran
penting dalam penciptaan alam semesta, namun sekarang itu semua telah
dijelaskan oleh penjelasan natural yang artinya alam semesta tercipta dengan
sendirinya tanpa campur tangan Tuhan. Di dalam kitab suci pun telah dijelaskan
bagaimana Tuhan menciptakan alam semesta. Namun sekarang sains sudah bisa
menjelaskan bahwa penciptaan alam semesta terjadi karena proses astromical dan
geological yang mana membutuhkan proses miliaran tahun.
Banyak philosoper dan ilmuan yang menolak
terkerlibatan agama dan Tuhan. Salah satunya adalah Stephen Hawking. Stephen
Hawking adalah seorang ilmuwan yang sangat terkenal karena teori Big Bangnya.
Stephen Hawking semakin menjadi sorotan karena pernyataannya mengenai Tuhan.
Dia mengatakan bahwa sejatinya Tuhan tidak ada dan alam semesta bukanlah
ciptaan Tuhan melainkan karena hukum gravitasi, alam semesta dapat tercipta
dengan sendirinya Sehingga tidak perlu Tuhan untuk memicu pembuatannya dan
mengatur segala isi di dalamnya.
Hukum fisika, teori evolusi, pengembangan
alam semesta, semuanya memiliki keyakinan bahwa dibalik prinsip-prinsip atau
teori yang ada, belum ada kekuatan yang dapat dijelaskan bagaimana mengatur
pergerakan alam semesta ini. Dengan adanya sikap spiritual yang mungkin
melibatkan nilai-nilai tertentu. Seorang ilmuwan seperti Richard Dawkins
contohnya, mengatakan bahwa dia merasa sulit untuk hidup tanpa meyakinkan
‘sesuatu’.
Jika sains sudah membuang Tuhan sebagai
aktor yang mengatur dunia, apakah Tuhan akan dilupakan? Tuhan personal ala
agama-agama kuno mungkin tersingkir, tapi Tuhan dan agama akan kembali dengan
format yang mungkin tidak diduga oleh banyak orang. Seperti
munculnya konsep ‘The God Of The gaps’ yang dikemukakan oleh Henry
Drummond yang mana konsep ini menjelaskan bahwa jika seseorang tidak bisa
menjelaskan sesuatu secara ilmiah maka Tuhan yang dijadikan celah untuk
menjawabnya. Artinya Tuhan berfungsi untuk mengisi celah ketidaktahuan
seseorang dalam menjawab sesuatu yang tidak bisa dijelaskan secara
ilmiah.
4000
tahun lalu, sains tidak bisa menjawab apa itu petir. maka celah itu diisi
dengan Tuhan.setelah sains bisa mengisi celah petir, maka Tuhan yang tadinya
mengisi celah tersebut dibuang. 300 tahun lalu, sains tidak bisa menjawab,
mengapa benda jatuh. maka jawabannya Tuhan setelah sains bisa menjelaskan
fenomena Gravitasi, maka Tuhan yang tadinya mengisi celah tersebut
dibuang. 200 tahun lalu, sains tidak bisa menjawab, darimana asal Manusia.
maka diisi dengan Tuhan. setelah sains bisa menjelaskan fenomena Evolusi,
maka Tuhan yang tadinya mengisi celah tersebut dibuang. 100 tahun lalu,
sains tidak bisa menjawab, darimana asal alam semesta. maka diisi dengan
genesis. setelah sains bisa menjelaskan fenomena bigbang, maka Tuhan yang
tadinya mengisi celah tersebut dibuang.
Tuhan
yang hanya berfungsi menambal lubang di ilmu pengetahuan. Seiring dengan
meningkatnya sains dalam menjawab lubang tersebut, maka Tuhan yang tadinya
menambal lubang tersebut dibuang, dan diingat sebagai mitos.
Akibat
perkembangan ini secara praktis gambaran Tuhan agama-agama kuno yang secara
aktif menciptakan dunia, dengan tangannya sendiri menciptakan manusia,
melibatkan diri melalui mukjizat dalam berbagai peristiwa di dunia dan
menjanjikan surga neraka; menjadi tidak relevan dan tergusur oleh sains.
Beberapa saintis melangkah lebih jauh dengan menyatakan Tuhan dan agama
hanyalah delusi masyarakat kuno. Mempertahankannya hanyalah penyakit bagi
peradaban manusia. ilmuwan seperti Richard Dwakins, Sam Harris dan
ilmuwan-ilmuwan lainnya dengan gigih mengkampanyekan penghapusan agama.
No comments:
Post a Comment