Laporan
pemeriksaan psikologis merupakan sarana untuk mengkomunikasikan data. Hasil
interpretasi dari masing-masing data akan disusun secara sistematis, lalu
disimpulkan sehingga menjadi pemahaman yang utuh dan menyeluruh mengenai dari
klien. Oleh karena itu, sebuah laporan pemerikasaan psikologi harus dibuat
dengan efektif serta mengikuti kaidah-kaidah penulisan yang baik dan benar.
Maksud dari penulisan laporan pemeriksaan psikologis yang efektif adalah
laporan tersebut mudah dipahami dan cepat diserap oleh pembacanya. Dan
sebaliknya, laporan pemeriksaan psikologis yang tidak efektif adalah laporan
yang sulit dipahami atau dimengerti oleh klien. Hal ini dapat disebabkan karena
penggunaan kata yang tidak tepat, ketidakjelasan dalam pembahasan hasil,
ketidakjelasan dalam pembuatan kesimpulan atau pemberian saran.
Manfaat
Penulisan Laporan Pemeriksaan Psikologis
Penulisan
laporan pemeriksaan psikologi yang efektif memiliki manfaat bagi semua pihak,
yaitu :
1.
Bagi Klien. Berdasarkan laporan pemeriksaan
psikologis ini, klien dapat membaca laporan dengan jelas. Selain itu, klien
dapat mengetahui gambaran diri yang mencakup kekuatan dan kelemahannya.
2.
Bagi Psikolog. Berdasarkan laporan
pemeriksaan psikologis ini, psikolog yang membuat laporan dengan baik akan
lebih dihargai, dipercaya, dan dipilih kembali oleh pihak klien untuk
memberikan jasanya di kemudian hari. Hal ini tidak akan terjadi pada seorang
psikolog yang menulis laporan dengan tidak efektif, yaitu yang menulis laporan dengan
sulit dimengerti dan membosankan pihak
klien. Dalam penulisan laporan yang efektif, kompetensi seorang psikolog akan
terlihat, yaitu melalui keahlian, ketepatan penilaian, dan ketajaman
analisisnya.
3.
Bagi Mahasiswa atau Calon Psikolog. Berdasarkan
laporan pemeriksaan psikologis ini, keterampilan seorang mahasiswa atau calon
psikolog akan terlatih melalui penulisan tersebut.
Syarat
Penulisan Laporan Pemeriksaan Psikologis
Dalam membuat
atau menulis laporan pemeriksaan psikologis, tentu saja ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi, seperti :
1. Kejelasan
Laporan. Sebuah laporan pemeriksaan psikologis yang jelas, harus
memperhatikan dua hal, yaitu :
(a) menghindari pemakaian bahasa atau
istilah yang membingungkan pembaca. Misalnya, penggunaan istilah asing untuk
masyarakat non perkotaan, menggunakan istilah yang terlalu psikologi untuk kaum
awam, atau penggunaan bahasa gaul yang tidak mengikuti kaidah penulisan dengan
baik dan benar;
(b) membuat sebuah laporan dengan uraian
yang jelas, tidak terlalu panjang dan tidak bertele-tele ataupun terlalu pendek
dan tidak dipahami pembaca.
2.
Relevansi dengan Tujuan. Sebuah
laporan pemeriksaan psikologis harus dibuat sesuai dengan tujuannya. Misalnya,
jika tujuannya adalah mencari calon karyawan untuk posisi akunting, maka
kriteria akunting dan karakteristik pribadi calon karyawan perlu dipaparkan
dalam laporan tersebut. Atau jika tujuannya adalah membuat klasifikasi gangguan
yang diderita klien, maka ciri-ciri gangguan dan kondisi klien harus dipaparkan
dalam laporan tersebut.
3.
Manfaat Laporan. Sebuah laporan pemeriksaan psikologis harus memiliki
manfaat, tidak hanya bagi klien, namun untuk hal yang lebih luas lagi.
Misalnya, kita akan membuat laporan psikologis untuk menggambarkan kemampuan
intelektual siswa-siswi di sebuah Sekolah Menengah Atas. Hasil laporan tersebut
tidak hanya bermanfaat bagi siswa-siswi, namun juga bermanfaat bagi sekolah.
Pihak sekolah dapat membuat pemetaan kemampuan siswa dan menempatkan siswa
dalam kelas tertentu.
Tahap
Menulis Laporan Pemeriksaan Psikologis
Ada tiga tahap
yang harus dilakukan oleh psikolog, yaitu Tahap Persiapan, Tahap Penulisan, dan
Tahap Perbaikan Tulisan.
1.
Tahap Persiapan. Sebelum memulai menulis
laporan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar dapat menulis laporan
dengan efektif, yaitu :
a. Pusatkan
perhatian. Dalam membuat laporan, kita perlu membuat laporan di ruangan yang
tenang dan tidak ada gangguan. Oleh karena itu, sebaiknya kita perlu mencari
suasana lingkungan yang mendukung untuk berkonsentrasi. Selain itu, sebaiknya
kita tidak menulis laporan pemeriksaan psikologis sambil berbicara atau
bercanda dengan rekan kerja.
b. Sadari
siapa pembaca kita. Dalam menulis laporan, kita perlu menggunakan kosakata yang
mudah dipahami dan tidak menggunakan istilah psikologi yang asing didengar oleh
klien. Hal ini disebabkan karena mungkin saja klien kurang mengerti
istilah-istilah psikologi atau istilah-istilah asing tertentu.
c. Sediakan
waktu yang cukup. Dalam menulis laporan, Gerson & Gerson menyarankan untuk
menyediakan waktu penulisan dengan komposisi 25% persiapan, 25% menulis, dan
50% perbaikan tulisan. Misalnya, 20 menit untuk membaca dan menganalisis
catatan hasil observasi, wawancara, diskusi kelompok atau hasil psikotes.
Kemudian 20 menit untuk menulis draf laporan hasil penafsiran terhadap
data-data yang berasal dari berbagi alat diagnostik. Lalu, 40 menit untuk
membaca, memeriksa, memperbaiki kembali draf laporan tyersebut hingga menjadi
lebih baik (dengan cara : memilih kata-kata yang tepat, dan memperbaiki susunan
kalimat atau paragraf).
d. Tulislah
laporan segera. Jika sudah selesai melakukan pemeriksaan psikologis melampui
berbagai metode psikodiagnostik, sebaiknya kita segera menuliskan laporan, dan
tidak menunda karena ada kemungkinan kita menjadi lupa atau sulit mengingat
kembali hal-hal yang tidak tercatat mengenai klien.
e. Periksa
dengan cermat hasil psikodiagnostik. Ketika akan menulis laporan, kita perlu
memeriksa kembali hasil asesmen, karena terkadang scorer melakukan kesalahan, baik kesalahan perhitungan ataupun
kemungkinan tertukarnya lembar kerja klien yang satu dengan lembar jawaban yang
lain.
2.
Tahap Penulisan Draf Laporan. Penulisan draf
laporan umumnya menitikberatkan pada penuangan gagasan dalam tulisan. Draf
laporan biasanya merupakan tulisan yang belum sempurna, sehingga, masih perlu
diperbaiki lagi. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam tahap ini, yaitu :
a. Baca
kembali draf laporan. Tulisan hasil temuan yang kita peroleh melalui asesmen,
lalu, dibaca kembali draf tersebut. Ketika membaca kembali dan memperhatikan
secara lebih teliti, kita akan menemukan beberapa hal dalam draf laporan yang
belum sempurna. Pada saat inilah tersedia kesempatan bagi kita untuk melihat
apakah tulisan sudah tersusun secara logis, apakah kalimat yang satu berkaitan
dengan kalimat yang lain, atau apakah pilihan kata-kata dapat dimengerti oleh
klien. Ketika melihat bahwa tulisan belum sempurna, maka kita dapat menambahkan
informasi yang kurang sehingga laporan menjadi jelas ; menghilangkan kata-kata
yang tidak perlu, supaya laporan menjadi singkat ; menyederhanakan kata dan
kalimat supaya laporan meudah dipahami ; mengubah susunan kalimat supaya lebih
logis ; dan memperbaiki ejaan, tanda baca, supaya lapran menjadi lebih efektif.
b. Minta
kesediaan rekan psikolog. Ketika laporan sudah kita periksa dan perbaiki, maka
sebaiknya kita meminta bantuan kepada rekan psikolog agar meminta kembali
laporan yang ditulis. Masukan dari rekan sangat membantu penulisan laporan yang
baik.
c. Tulislah
laporan dalam paragraf yang benar. Laporan pemeriksaan psikologis tertuang
dalam beberapa paragraf. Paragraf merupakan sekumpulan kalimat yang menjelaskan
pokok pikiran tertentu (Tarigan, 1996). Pokok pikiran yang dimaksud disini
adalah gambaran psikologis seseorang. Pokok pikiran yang dituangkan dalam
bentuk paragraf akan mebuat laporan menjadi tersusun secara sistematis dan
mudah dipahami pembaca. Paragraf merupakan sarana kita untuk menuangkan pokok
pikiran yang ingin kita sampaikan dalam laporan pemeriksaan psikologis. Semakin
banyak pokok pikiran yang ingin disampaikan, maka semakin banyak paragraf yang
akan dibuat. Paragraf yangh efektif biasanya dari 4 – 7 kalimat. Selain itu,
laporan yang jelas dan rapi mencakup paragraf pembuka, isi, dan penutup. Contoh
laporan pemeriksa psikologis :
- Paragraf pembuka, berfungsi untuk
mengantarkan pembaca tentang topik atau isi tulisan yang akan dibicarakan.
- Paragraf isi 1, berfungsi menjabarkan aspek
kecerdasan (terdapat kalimat yang menggambarkan daya analisis, daya tangkap,
daya kreativitas, hasrat berprestasi, pengetahuan umum, kemampuan berhitung).
-
Paragraf isi 2, berfungsi menjabarkan aspek cara kerja (terdapat kalimat
yang menggambarkan tentang cara kerja, kerapian kerja, daya tahan terhadap
beban kerja yang menekan atau ketekunan kerja).
- Paragraf isi 3, berfungsi menjabarkan aspek
kepribadian (terdapat kalimat yang menggambarkan cara seseorang bergaul dengan
orang lain, tentang kepercayaan diri, pengendalian diri, minat terhadap
perubahan, atau kepemimpinan seseorang).
- Paragraf penutup, berfungsi
menyimpulkan hal-hal yang telah dibahas pada paragraf isi. Tiap-tiap paragraf
hanya boleh berisi satu topik pembicaraan tertentu.
d. Usahakan
membuat paragraf yang lengkap unsurnya. Suatu paragraf yang lengkap terdiri
dari satu kalimat topik, dua kalimat pengembangan dan satu kalimat penyimpul.
Kalimat topik akan di tulis dengan huruf tebal ; kalimat pengembangan ditulis
dalam huruf biasa ; Kalimat penyimpulan ditulis dalam huruf miring dan bergaris
bawah. Misalnya : Ridho kurang mampu
mengendalikan
diri. Ia selalu mengajak teman berbicara ketika pelajaran sedang berlangsung,
sehingga temannya tidak dapat memusatkan perhatian pada pelajaran tersebut.
Selain itu, ia selalu keluar masuk kelas. Hal ini membuatnya tidak dapat
mengikuti pelajaran dengan maksimal. Oleh
karena itu, ia perlu mendapat pelatihan untuk meningkatkan kemampuan
mengendalikan diri.
e. Gunakan
kalimat baku. Kalimat baku ini dipahami pembaca.
Susunannya : Subjek
– Predikat – Objek –
Keterangan/Pelengkap.
Misalnya : Lidya
sulit memahami materi Psikodiagnostik
di kelas.
f. Gunakan
kalimat sederhana. Kalimat sederhana lebih mudah dipahami daripada kalimat
majemuk (Kalimat pendek lebih mudah diserap daripada kalimat panjang).
Misalnya,
Kalimat Tidak Sederhana : Ayu memiliki daya tangkap yang cukup, juga mampu
menganalisis masalah dan juga melaksanakan tugas-tugas.
Kalimat Sederhana : Ayu memiliki
daya tangkap yang cukup. Ia mampu menganalisis masalah dan melaksanakan tugas dengan baik.
g. Gunakan
kalimat aktif. Kalimat aktif menggambarkan kegiatan subjek pembicaraan. Bentuk
kalimat aktif biasanya lebih sesuai dengan laporan pemeriksaan psikologis.
Kalimat yang subjeknya berupa konsep, dapat diubah menjadi kalimat aktif yang
menggambarkan suatu kegiatan atau kemampuan seseorang.
Contoh :
Kalimat pasif : Kepemimpinan Widied sudah muncul
Kalimat aktif : Widied cukup efektif memimpin teman
sekelasnya.
h. Hindari
kata asing. Jangan membuat istilah asing yang tidak mudah dipahami klien karena
belum tentu istilah yang kita gunakan itu tepat atau sesuai.
Salah :
Secara pribadi Nita tampil adaptif dalam membawakan diri.
Benar :
Nita mampu menyesuaikan dir secara baik dengan orang
lain.
Salah :
Sebagai pimpinan, kemampuan interpersonal skillnya dapat
diandalkan.
Benar : Sebagai
pimpinan, ia mampu berhubungan dengan orang lain dengan baik.
3. Tahapan Perbaikan.
a. Ganti
kata yang tidak sesuai. Kata yang tidak sesuai akan mengganggu pemahaman
terhadap laporan. Misalnya,
Salah : Hanya saja
Anjas cenderung mudah emosi jika berbenturan dengan hal-hal yang kurang
berkenan di hatinya.
Benar:
Anjas cenderung mudah marah bila menghadapi hal-hal yang kurang berkenan di
hatinya.
b. Buang
kata yang tidak perlu. Kata-kata yang tidak perlu harus dihilangkan agar
kalimat terlihat rapi dan cepat dipahami.
Salah :
Novianti terlihat cukup kreatif dalam mencari alternatif
penyelesaian
suatu masalah.
Benar :
Novianti mencari alternatif penyelesaian masalah
dengan
kreatif
c.
Gunakan kata yang
pasti. Pemeriksaan psikologis merupakan penilaian fungsi manusia yang tidak
nampak, seperti proses berpikir, sikap, minat, motivasi, atau hasrat
berprestasi. Sehingga sebaiknya kita menggunakan kata-kata yang pasti dan
menghindari kata-kata yang tidak pasti, seperti tampaknya, terlihat, terkesan, pada dasarnya. Hal ini disebabkan
karena klien ingin mendapat kepastian, bukan keraguan kita. Misalnya,
Salah : Dalam belajar, perencanaan Bona tampak kurang
efektif.
Benar :
Bona belum mampu menyusun rencana belajar yang efektif
d. Hindari
pembentukan kata benda. Sebaiknya kita tidak mengubah kata sifat atau kata
kerja menjadi kata benda, karena akan membuat kalimat lebih panjang dan
janggal. Misalnya :
Salah : Novi tidak
memiliki hambatan penyesuaian diri dengan
lingkungan.
Kata sifat sesuai
yang dibentuk menjadi kata benda penyesuaian, akan membutuhkan tambahan
kata baru yaitu tidak memiliki. Lebih baik kalimat ini ditulis :
Benar :
Novi mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
e.
Hindari frase
pengganti. Dalam penulisan laporan, sebaiknya kita menghindari penggantian kata
benda menjadi frase, anak kalimat, atau kelompok kata yang mengandung kata
tanya (apa, siapa, mengapa, di mana, kapan, dan, bagaimana). Misalnya,
Salah : Ambisi
pribadinya rendah, Irma puas atas apa yang dicapai
saat
ini.
Benar :
Irma puas atas prestasi saat ini, karena ambisi pribadinya
rendah.
f.
Hindari pemakaian kata
tidak. dalam penulisan laporan, sebaiknya kita tidak menggunakan kata “tidak”,
karena akan membuat kalimat lebih panjang dan cakupan makna menjadi samar.
Misalnya,
Salah : Garnis tidak
memiliki hambatan dalam penyesuaian diri
Benar :
Garnis mampu menyesuaikan diri.
Sumber:
Anastasi,
A & Urbina, S (2007). Tes Psikologi,
Edisi Ketujuh (Terjemahan). Jakarta : PT Indeks.
Radikun,
T.B.S (2002). 25 Kiat Penulisan Efektif
Pemeriksaan Psikologis. Depok : LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia
Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai Pengembangan Psikologi
ReplyDeleteSaya juga mempunyai tulisan yang sejenis mengenai Pengembangan Psikologi yang bisa anda kunjungi di Informasi Seputar Psikologi