Wednesday, September 21, 2016

Laporan Pemeriksaan Psikologis

Posted by Edo Bramantyo on Wednesday, September 21, 2016


Laporan pemeriksaan psikologis merupakan sarana untuk mengkomunikasikan data. Hasil interpretasi dari masing-masing data akan disusun secara sistematis, lalu disimpulkan sehingga menjadi pemahaman yang utuh dan menyeluruh mengenai dari klien. Oleh karena itu, sebuah laporan pemerikasaan psikologi harus dibuat dengan efektif serta mengikuti kaidah-kaidah penulisan yang baik dan benar. Maksud dari penulisan laporan pemeriksaan psikologis yang efektif adalah laporan tersebut mudah dipahami dan cepat diserap oleh pembacanya. Dan sebaliknya, laporan pemeriksaan psikologis yang tidak efektif adalah laporan yang sulit dipahami atau dimengerti oleh klien. Hal ini dapat disebabkan karena penggunaan kata yang tidak tepat, ketidakjelasan dalam pembahasan hasil, ketidakjelasan dalam pembuatan kesimpulan atau pemberian saran.


Manfaat Penulisan Laporan Pemeriksaan Psikologis
Penulisan laporan pemeriksaan psikologi yang efektif memiliki manfaat bagi semua pihak, yaitu :
1. Bagi Klien. Berdasarkan laporan pemeriksaan psikologis ini, klien dapat membaca laporan dengan jelas. Selain itu, klien dapat mengetahui gambaran diri yang mencakup kekuatan dan kelemahannya.
2. Bagi Psikolog. Berdasarkan laporan pemeriksaan psikologis ini, psikolog yang membuat laporan dengan baik akan lebih dihargai, dipercaya, dan dipilih kembali oleh pihak klien untuk memberikan jasanya di kemudian hari. Hal ini tidak akan terjadi pada seorang psikolog yang menulis laporan dengan tidak efektif, yaitu yang menulis laporan dengan sulit dimengerti dan  membosankan pihak klien. Dalam penulisan laporan yang efektif, kompetensi seorang psikolog akan terlihat, yaitu melalui keahlian, ketepatan penilaian, dan ketajaman analisisnya.
3. Bagi Mahasiswa atau Calon Psikolog. Berdasarkan laporan pemeriksaan psikologis ini, keterampilan seorang mahasiswa atau calon psikolog akan terlatih melalui penulisan tersebut.

Syarat Penulisan Laporan Pemeriksaan Psikologis

Dalam membuat atau menulis laporan pemeriksaan psikologis, tentu saja ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, seperti :
1. Kejelasan Laporan. Sebuah laporan pemeriksaan psikologis yang jelas, harus memperhatikan dua hal, yaitu :
(a) menghindari pemakaian bahasa atau istilah yang membingungkan pembaca. Misalnya, penggunaan istilah asing untuk masyarakat non perkotaan, menggunakan istilah yang terlalu psikologi untuk kaum awam, atau penggunaan bahasa gaul yang tidak mengikuti kaidah penulisan dengan baik dan benar;
(b) membuat sebuah laporan dengan uraian yang jelas, tidak terlalu panjang dan tidak bertele-tele ataupun terlalu pendek dan tidak dipahami pembaca.
2. Relevansi dengan Tujuan. Sebuah laporan pemeriksaan psikologis harus dibuat sesuai dengan tujuannya. Misalnya, jika tujuannya adalah mencari calon karyawan untuk posisi akunting, maka kriteria akunting dan karakteristik pribadi calon karyawan perlu dipaparkan dalam laporan tersebut. Atau jika tujuannya adalah membuat klasifikasi gangguan yang diderita klien, maka ciri-ciri gangguan dan kondisi klien harus dipaparkan dalam laporan tersebut.
3. Manfaat Laporan. Sebuah laporan pemeriksaan psikologis harus memiliki manfaat, tidak hanya bagi klien, namun untuk hal yang lebih luas lagi. Misalnya, kita akan membuat laporan psikologis untuk menggambarkan kemampuan intelektual siswa-siswi di sebuah Sekolah Menengah Atas. Hasil laporan tersebut tidak hanya bermanfaat bagi siswa-siswi, namun juga bermanfaat bagi sekolah. Pihak sekolah dapat membuat pemetaan kemampuan siswa dan menempatkan siswa dalam kelas tertentu.

Tahap Menulis Laporan Pemeriksaan Psikologis
Ada tiga tahap yang harus dilakukan oleh psikolog, yaitu Tahap Persiapan, Tahap Penulisan, dan Tahap Perbaikan Tulisan.
1. Tahap Persiapan. Sebelum memulai menulis laporan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar dapat menulis laporan dengan efektif, yaitu :
a.     Pusatkan perhatian. Dalam membuat laporan, kita perlu membuat laporan di ruangan yang tenang dan tidak ada gangguan. Oleh karena itu, sebaiknya kita perlu mencari suasana lingkungan yang mendukung untuk berkonsentrasi. Selain itu, sebaiknya kita tidak menulis laporan pemeriksaan psikologis sambil berbicara atau bercanda dengan rekan kerja.
b.     Sadari siapa pembaca kita. Dalam menulis laporan, kita perlu menggunakan kosakata yang mudah dipahami dan tidak menggunakan istilah psikologi yang asing didengar oleh klien. Hal ini disebabkan karena mungkin saja klien kurang mengerti istilah-istilah psikologi atau istilah-istilah asing tertentu.
c.      Sediakan waktu yang cukup. Dalam menulis laporan, Gerson & Gerson menyarankan untuk menyediakan waktu penulisan dengan komposisi 25% persiapan, 25% menulis, dan 50% perbaikan tulisan. Misalnya, 20 menit untuk membaca dan menganalisis catatan hasil observasi, wawancara, diskusi kelompok atau hasil psikotes. Kemudian 20 menit untuk menulis draf laporan hasil penafsiran terhadap data-data yang berasal dari berbagi alat diagnostik. Lalu, 40 menit untuk membaca, memeriksa, memperbaiki kembali draf laporan tyersebut hingga menjadi lebih baik (dengan cara : memilih kata-kata yang tepat, dan memperbaiki susunan kalimat atau paragraf).
d.     Tulislah laporan segera. Jika sudah selesai melakukan pemeriksaan psikologis melampui berbagai metode psikodiagnostik, sebaiknya kita segera menuliskan laporan, dan tidak menunda karena ada kemungkinan kita menjadi lupa atau sulit mengingat kembali hal-hal yang tidak tercatat mengenai klien.
e.      Periksa dengan cermat hasil psikodiagnostik. Ketika akan menulis laporan, kita perlu memeriksa kembali hasil asesmen, karena terkadang scorer melakukan kesalahan, baik kesalahan perhitungan ataupun kemungkinan tertukarnya lembar kerja klien yang satu dengan lembar jawaban yang lain.

2. Tahap Penulisan Draf Laporan. Penulisan draf laporan umumnya menitikberatkan pada penuangan gagasan dalam tulisan. Draf laporan biasanya merupakan tulisan yang belum sempurna, sehingga, masih perlu diperbaiki lagi. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam tahap ini, yaitu :
a.     Baca kembali draf laporan. Tulisan hasil temuan yang kita peroleh melalui asesmen, lalu, dibaca kembali draf tersebut. Ketika membaca kembali dan memperhatikan secara lebih teliti, kita akan menemukan beberapa hal dalam draf laporan yang belum sempurna. Pada saat inilah tersedia kesempatan bagi kita untuk melihat apakah tulisan sudah tersusun secara logis, apakah kalimat yang satu berkaitan dengan kalimat yang lain, atau apakah pilihan kata-kata dapat dimengerti oleh klien. Ketika melihat bahwa tulisan belum sempurna, maka kita dapat menambahkan informasi yang kurang sehingga laporan menjadi jelas ; menghilangkan kata-kata yang tidak perlu, supaya laporan menjadi singkat ; menyederhanakan kata dan kalimat supaya laporan meudah dipahami ; mengubah susunan kalimat supaya lebih logis ; dan memperbaiki ejaan, tanda baca, supaya lapran menjadi lebih efektif.
b.     Minta kesediaan rekan psikolog. Ketika laporan sudah kita periksa dan perbaiki, maka sebaiknya kita meminta bantuan kepada rekan psikolog agar meminta kembali laporan yang ditulis. Masukan dari rekan sangat membantu penulisan laporan yang baik.
c.      Tulislah laporan dalam paragraf yang benar. Laporan pemeriksaan psikologis tertuang dalam beberapa paragraf. Paragraf merupakan sekumpulan kalimat yang menjelaskan pokok pikiran tertentu (Tarigan, 1996). Pokok pikiran yang dimaksud disini adalah gambaran psikologis seseorang. Pokok pikiran yang dituangkan dalam bentuk paragraf akan mebuat laporan menjadi tersusun secara sistematis dan mudah dipahami pembaca. Paragraf merupakan sarana kita untuk menuangkan pokok pikiran yang ingin kita sampaikan dalam laporan pemeriksaan psikologis. Semakin banyak pokok pikiran yang ingin disampaikan, maka semakin banyak paragraf yang akan dibuat. Paragraf yangh efektif biasanya dari 4 – 7 kalimat. Selain itu, laporan yang jelas dan rapi mencakup paragraf pembuka, isi, dan penutup. Contoh laporan pemeriksa psikologis :
-   Paragraf pembuka, berfungsi untuk mengantarkan pembaca tentang topik atau isi tulisan yang akan dibicarakan.
-  Paragraf isi 1, berfungsi menjabarkan aspek kecerdasan (terdapat kalimat yang menggambarkan daya analisis, daya tangkap, daya kreativitas, hasrat berprestasi, pengetahuan umum, kemampuan berhitung).
-  Paragraf isi 2, berfungsi menjabarkan aspek cara kerja (terdapat kalimat yang menggambarkan tentang cara kerja, kerapian kerja, daya tahan terhadap beban kerja yang menekan atau ketekunan kerja).
-  Paragraf isi 3, berfungsi menjabarkan aspek kepribadian (terdapat kalimat yang menggambarkan cara seseorang bergaul dengan orang lain, tentang kepercayaan diri, pengendalian diri, minat terhadap perubahan, atau kepemimpinan seseorang).
- Paragraf penutup, berfungsi menyimpulkan hal-hal yang telah dibahas pada paragraf isi. Tiap-tiap paragraf hanya boleh berisi satu topik pembicaraan tertentu.

d.     Usahakan membuat paragraf yang lengkap unsurnya. Suatu paragraf yang lengkap terdiri dari satu kalimat topik, dua kalimat pengembangan dan satu kalimat penyimpul. Kalimat topik akan di tulis dengan huruf tebal ; kalimat pengembangan ditulis dalam huruf biasa ; Kalimat penyimpulan ditulis dalam huruf miring dan bergaris bawah. Misalnya : Ridho kurang mampu mengendalikan diri. Ia selalu mengajak teman berbicara ketika pelajaran sedang berlangsung, sehingga temannya tidak dapat memusatkan perhatian pada pelajaran tersebut. Selain itu, ia selalu keluar masuk kelas. Hal ini membuatnya tidak dapat mengikuti pelajaran dengan maksimal. Oleh karena itu, ia perlu mendapat pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mengendalikan diri.
e.      Gunakan kalimat baku. Kalimat baku ini dipahami pembaca.
Susunannya         : Subjek – Predikat Objek – Keterangan/Pelengkap.
Misalnya     : Lidya sulit memahami materi Psikodiagnostik di kelas.
f.       Gunakan kalimat sederhana. Kalimat sederhana lebih mudah dipahami daripada kalimat majemuk (Kalimat pendek lebih mudah diserap daripada kalimat panjang). Misalnya,
Kalimat Tidak Sederhana :    Ayu memiliki daya tangkap yang cukup, juga mampu menganalisis masalah dan juga melaksanakan tugas-tugas.
Kalimat Sederhana           :    Ayu memiliki daya tangkap yang cukup. Ia mampu menganalisis masalah dan melaksanakan tugas dengan baik.
g.     Gunakan kalimat aktif. Kalimat aktif menggambarkan kegiatan subjek pembicaraan. Bentuk kalimat aktif biasanya lebih sesuai dengan laporan pemeriksaan psikologis. Kalimat yang subjeknya berupa konsep, dapat diubah menjadi kalimat aktif yang menggambarkan suatu kegiatan atau kemampuan seseorang.
Contoh :
Kalimat pasif     : Kepemimpinan Widied sudah muncul
Kalimat aktif    : Widied cukup efektif memimpin teman sekelasnya.
h.     Hindari kata asing. Jangan membuat istilah asing yang tidak mudah dipahami klien karena belum tentu istilah yang kita gunakan itu tepat atau sesuai.
Salah : Secara pribadi Nita tampil adaptif dalam membawakan diri.
Benar         : Nita mampu menyesuaikan dir secara baik dengan orang  
lain.

Salah : Sebagai pimpinan, kemampuan interpersonal skillnya dapat
diandalkan.
Benar   : Sebagai pimpinan, ia mampu berhubungan dengan orang lain dengan baik.

3. Tahapan Perbaikan.
a.       Ganti kata yang tidak sesuai. Kata yang tidak sesuai akan mengganggu pemahaman terhadap laporan. Misalnya,
Salah  : Hanya saja Anjas cenderung mudah emosi jika berbenturan dengan hal-hal yang kurang berkenan di hatinya.
Benar: Anjas cenderung mudah marah bila menghadapi hal-hal yang kurang berkenan di hatinya.
b.       Buang kata yang tidak perlu. Kata-kata yang tidak perlu harus dihilangkan agar kalimat terlihat rapi dan cepat dipahami.
Salah      : Novianti terlihat cukup kreatif dalam mencari alternatif
  penyelesaian suatu masalah.
Benar      : Novianti mencari alternatif penyelesaian masalah
  dengan kreatif
c.        Gunakan kata yang pasti. Pemeriksaan psikologis merupakan penilaian fungsi manusia yang tidak nampak, seperti proses berpikir, sikap, minat, motivasi, atau hasrat berprestasi. Sehingga sebaiknya kita menggunakan kata-kata yang pasti dan menghindari kata-kata yang tidak pasti, seperti tampaknya, terlihat, terkesan, pada dasarnya. Hal ini disebabkan karena klien ingin mendapat kepastian, bukan keraguan kita. Misalnya,
Salah : Dalam belajar, perencanaan Bona tampak kurang efektif.
Benar         : Bona belum mampu menyusun rencana belajar yang efektif
d.       Hindari pembentukan kata benda. Sebaiknya kita tidak mengubah kata sifat atau kata kerja menjadi kata benda, karena akan membuat kalimat lebih panjang dan janggal. Misalnya :
Salah : Novi tidak memiliki hambatan penyesuaian diri dengan
  lingkungan.
Kata sifat sesuai yang dibentuk menjadi kata benda penyesuaian, akan membutuhkan tambahan kata baru yaitu tidak memiliki. Lebih baik kalimat ini ditulis :
Benar         : Novi mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
e.        Hindari frase pengganti. Dalam penulisan laporan, sebaiknya kita menghindari penggantian kata benda menjadi frase, anak kalimat, atau kelompok kata yang mengandung kata tanya (apa, siapa, mengapa, di mana, kapan, dan, bagaimana). Misalnya,
Salah : Ambisi pribadinya rendah, Irma puas atas apa yang dicapai
saat ini.
Benar         : Irma puas atas prestasi saat ini, karena ambisi pribadinya
rendah.
f.         Hindari pemakaian kata tidak. dalam penulisan laporan, sebaiknya kita tidak menggunakan kata “tidak”, karena akan membuat kalimat lebih panjang dan cakupan makna menjadi samar. Misalnya,
Salah : Garnis tidak memiliki hambatan dalam penyesuaian diri
Benar         : Garnis mampu menyesuaikan diri.

Sumber:
Anastasi, A & Urbina, S (2007). Tes Psikologi, Edisi Ketujuh (Terjemahan). Jakarta : PT Indeks.

Radikun, T.B.S (2002). 25 Kiat Penulisan Efektif Pemeriksaan Psikologis. Depok : LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Previous
« Prev Post

1 comment:

  1. Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai Pengembangan Psikologi
    Saya juga mempunyai tulisan yang sejenis mengenai Pengembangan Psikologi yang bisa anda kunjungi di Informasi Seputar Psikologi

    ReplyDelete