Wednesday, September 28, 2016

BATUAN METAMORF. PENGERTIAN, PENAMAAN, KOMPOSISI, TEKSTUR, STRUKTUR, TIPE – TIPE

Posted by Edo Bramantyo on Wednesday, September 28, 2016




 Dasar Teori
Batuan Metamorf merupakan hasil dari perubahan-perubahan fundamental batuan yang sebelumnya telah ada. Proses metamorf terjadi dalam keadaan padat dengan perubahan kimiawi dalam batas-batas tertentu saja dan meliputi proses-proses rekristalisasi, orientasi, dan pembentukan mineral-mineral baru dengan penyusunan kembali elemen-elemen kimia yang sebenarnya telah ada.

BACA JUGA: BATUAN BEKU
                                       BATUAN PIROKLASTIK

Pengertian Metamorfisme
Metamorfisme adalah proses perubahan struktur dan mineralogi batuan yang berlangsung pada fase padatan, sebagai tanggapan atas kondisi suhu dan tekanan yang berbeda dari kondisi batuan tersebut sebelumnya. Perubahan yang berlangsung di dalam proses pelapukan dan diagenesa pada umumnya tidak termasuk di dalamnya. Wilayah proses metamorfisme berada antara suasana akhir proses diagenesa dan permulaan proses peleburan batuan menjadi tubuh magma.

Tipe – tipe Metamorfosa
Tipe metamorfosa dapat digolongkan menjadi :

A. Metamorfisme Lokal

Tipe yang sebarannya terbatas meliputi metamorfisme kontak (sering disebut metamorfosa termal) dan metamorfosa kataklastik yang cirinya berbeda dari jenis sebelumnya.

            Metamorfisme Kontak/Termal
Metamorfisme termal terjadi disekitar tubuh batuan beku sebagai akibat pemancaran panas selama pendinginannya. Semakin perlahan dan lama proses pendinginan akan semakin efektif metamorfisme pada batuan sampingnya. Wilayah yang terkenai ubahan tersebut dikenal dengan zona aureole. Batuan hasil metamorfisme termal/kontak dikenal dengan batutanduk/hornfels. Pada tipe metamorfosa lokal ini, yang paling berpengaruh adalah faktor suhu disamping faktor tekanan, sehingga struktur memorfosa yang khas adalah non foliasi, antara lain hornfels itu sendiri.

            Metamorfisme Dislokasi/Dinamik/Kataklastik
      Batuan metamorfik ini dijumpai pada daerah yang mengalami dislokasi, seperti disekitar sesar. Pergerakan antar blok batuan akibat sesar memungkinkan menghaslkan breksi sesar, dan batuan metamorfik dinamik. Batuan metamorfik yang mungkin dijumpai adalah proto milonit, milonit dan ultra milonit.

Metamorfisme Benturan
      Hujan meteor yang melanda bumi pada akhir mesozoikum (sebelum 65 juta tahun lalu) dan secara spekulatif dianggap sebagai penyebab musnahnya dinosaurus, menghasilkan metamorfosis pada batuanyang dibenturkannya. Hal tersebut dikenal dengan metamorfosis benturan (inpact metamorpism). Salah satu hasil metamorfosisme benturan yang terkenal terdapat di Krater Meteor, Arizona, Amerika serikat.

B.  Metamorfosa  Regional

      Tipe lainnya mempunyai penyebaran yang luas. Tipe ini terbagi dalam dua   jenis. Yang pertama dikenal dengan 1) metamorfisme regional dinamotermal, 2) metamorfisme regional beban, 3) metamorfisme lantai samudra. 

      Metamorfisme regional dynamotermal
      Secara geografi metamorfisme regional dynamo termal terjadi pada daerah luas akibat orogenesis. Pada proses ini pengaruh suhu dan tekanan berjalan bersam-sama. Tekanan yang terjadi di daerah tersebut berkisar sekitar 2000-13.000 bars (1 bar = 106 dyne/cm2), dan temperatur berkisar antara 200-800oC.

Metamorfisme beban
      Metamorfisme regional yang terjadi jika batuan terbebani oleh sedimen yang tebal diatasnya. Tekanan mempunyai peranan yang penting melebihi suhu. Metamorfisme ini umumnya tidak disertai dengan deformasi maupun perlipatan sebagaimana pada metamorfisme dynamotermal. Metamorfisme regioanl beban tidak berkaitan dengan orogenesa atau intrusi magma. Suatu sedimen pada cekungan yang dalam akan besar, lebih rendah dibandingkan pada metamorfisme dinamotermal, berkisar antara 4000 – 4500 C. Gerak-gerak penetrasi yang menghasilkan sekistositas hanya aktif secara setempat, jika tidak, biasanya tidak hadir. Oleh karena itu fabrik batuan asal tetap tampak sedangkan yang berubah adalah komposisi mieneraloginya. Perubahan metamorfismenya tidak teramati secara megaskopis tetapi hanya terlihat pada pengamatan sayatan tipisnya di bawah mikroskop.

Metamorfisme lantai samudra
Batuan penyusun lantai samudra merupakan material baru yang dimulai pembekuannya di Punggungan Tengah Samudra. Pembentukan ofiolit selama proses pemekaran lantai samudra disertai dengan perputaran fluida panas. Perubahan hidrotermal terjadi pada kerak tersebut. Perubahan meniralogi tersebut dikenal juga metamorfisme hidrotermal (Coomb, 1961). Dalam hal ini larutan panas (+ gas) memanasi retakan-retakan batuan dan menyebabkan perubahan meniralogy batuan sekitarnya. Metamorfisme semacam ini melibatkan adanya penambahan unsure dalam batuan ubahan yang dibawa oleh larutan panas dan lebih dikenal dengan metasomatisme.

Cara Pemerian Batuan Metamorf

Struktur Batuan Metamorf
Tekanan yang mengenai batuan yang mengalami metamorfisme, dimana terbentuk  mineral baru sering mengakibatkan penjajaran kenampakan tekstur dan struktur. Jika hal itu planar maka disebut foliasi. Berdasarkan kenampakkan bidang planar yang dibentuk selama metamorfisme, struktur batuan metamorfisme dibagi menjadi dua yakni : struktur foliasi dan struktur non foliasi. Hal tersebut tidak dipermasalahkan, apakah keseluruhan batuan mengalami rekristalisasi (kristaloblastik) ataukah tidak secara keseluruhan mengalami rekristalisasi (pelimsest).

v   Struktur Foliasi (Schistosity)
Adanya penjajaran mineral-mineral yang planar pada penyusun batuan metamorf. Seringkali terjadi pada metamorfisme regional dan kataklastik.
1.  Slatycleavage, berasal dari batuan sedimen (lempung) yang berubah ke metamorfik, snagat halus dan keras, belahannya rapat, mulai terdapat daun-daun mika halus, memberikan warna kilap, klorit dan kuarsa mulai hadir.

2.  Filitik (Phylitic), rekristalisasi lebih kasar daripada slatycleavage, lebih mengkilap daripada batusabak, mineral mika lebih banyak dibanding slatycleavage. Mulai terdapat mineral lain yaitu tourmaline.

3.  Skistosa (Schistosity), batuan yang sangat umum dihasilkan dari metamorfisme regional, sngata jelas keping-kepingan mineral-mineral plat seperti mika, talk, klorit, hematit, dan mineral lain yang berserabut. Terjadi perulangan anatara mineral pipih dengan mineral granular dimana mineral pipih lebih banyak daripada mineral granular. Orientasi penjajaran mineral pipih menerus.

4.  Gneistosa, mineral granular lebih banyak dari mineral pipih, tetapiorientasi mineral pipihnyatidakmenerus / terputus.

v   Struktur Non Foliasi
Yaituteksturpadabatuanmetamorf yang samasekalibaruterbentukpadasaat proses metamorfismedanteksturbatuanasalsudahtidakkelihatan.
-     Granulose / Hornfelsik, butirannya seragam, terbentuk pada bagian dalam daerah kontak sekitar tubuh batuan beku. Umumnya merupakan rekristalisasi batuan asal, tidak ada foliasi, tapi batuannya halus dan padat. Contoh : Marmer, Kuarsit.

-      Liniasi, memperlihatkan kumpulan mineral seperti menjarum dan berserabut. Contoh : Serpentinit dan Asbestos.

-    Kataklastik, suatu struktur yang berkembang oleh penghancuran terhadap batuan asal yang mengalami metamorfosa dynamo.

-      Milonitik, hampir sama dengan struktur kataklastik, hanya butirannya lebih halus dan dapat dibelah-belah seperti skistose. Struktur ini sebagai salah satu ciri adanya sesar.
-       Filonitik, hampir sama dengan struktur milonitik, hanya butirannya lebih halus lagi.

-       Flaser, seperti struktur kataklastik dimana struktur batuan asal yang berbentuk lensa tertanam pada masa dasar milonit.

-     Augen, seperti flaser dan lensanya terdiri dari butir feldspar pada masa dasar yang lebih halus.


Tekstur Batuan Metamorf
1.        Kristaloblastik
Yaitu tekstur pada batuan metamorf yang samasekali baru terbentuk pada saat proses metamorfisme dan tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan.
·  Porfiroblastik, seperti tekstur porfiritik pada batuan beku dimana terdapat masa dasar dan fenokris, hanya dalam batuan metamorf fenokrisnya disebut porfiroblast.

·      Granoblastik, mineralnya berupa butiran-butiran yang seragam.

·      Lepidoblastik, didominasi mineral pipih dan memperlihatkan susunan mineral dalam batuan saling sejajar dan terarah, bentuk mineralnya tabular.

·  Nematoblastik, mineralnya juga sejajar dan searah hanya mineralnya berbentuk prismatik, menyerat, dan menjarum.

·      Idioblastik, butiran mineral penyusunnya berbentuk euhedral.

·   Hipidioblastik, tekstur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral pembentuknya berbentuk subhedral.    

·      Xenoblastik, mineral penyusunnya berbentuk anhedral.

2.        Palimsest
Merupakan tekstur sisa batuan metamorf.
·    Blastoporfiritik, sisa tekstur porfiritik batuan asal (batuan beku) yang masih nampak.
·    Blastofitik, sisa tekstur ofitik pada batuan asal (batuan beku) yang masih nampak.
·  Blastopsepit, tekstur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir lebih besar dari pada pasir (psepit).
·     Blastopsamit, sama dengan blastopsepit tapi ukuran butirannya pasir (psamite)
·    Blastopellite, textur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir lempung (pellite).


Komposisi Mineral Batuan Metamorf
o   Mineral Stress
      Mineral yang stabil atau terbentuk karena tekanan, dimana mineral ini dapat berbentuk pipih atau tabular, prismatic. Mineral tersebut tumbuh dengan sumbu memanjang kristal tegak lurus gaya. Berikut ini contoh-contoh mineral stress : Mika, zolit, tremolit-aktinolit, glaukofan, hornblede, serpentin, silimanit, kianit, antofilit, dll.

o   Mineral Anti Stress
Mineral yang terbentuk atau stabil bukan karena tekanan yang umumnya berbentuk equidimensional, seperti : Kuarsa, garnet, kalsit, staurolit, feldspar, kordierit, group epidot.

Berdasarkan jenis metamorfismenya mineral di bawah ini khas muncul pada jenis metamorfisme tertentu, seperti:
1.    Pada metemorfisme regional
Kyanit             Silimanit
Staurolit         Talk
Garnet                        Glaukofan

2.    Pada metamorfiesme termal
Garnet                        Korundum
Andalusit


Penamaan Batuan Metamorf
Penamaan batuan metemorfik dimaksudkan untuk digunakan mengenali dan memberikan informasi yang berarti mengenai batuan tersebut. Ada 5 kriteria utama sebagai dasar dalam menamai batuan metamorf.
1.    asal batuan semula
2.    mineralogy batuan metemorf
3.    tekstur
4.    penamaan secara khusus
5.    tekstur dalam mineralogy

Istilah metabasit, metapelit, adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku dan batuan sedimen. Metasedimen, metabatuapasir, metabatulempung, metagranit semua mengisyaratkan asal batuan semula.

Sekis, genis, filit, hornfels adalah penamaan didasarkan pada tekstur batuan metamorf tersebut. Kuarsit, serpentinit, hornblendit, batuan metamorfik glaukofanitik adalah penamaan didasarkan kandungan mineralnya.

F Slate adalah batuan metamorf derajat sangat rendah, disusun oleh mineral pilosilikat sangat halus tersusun membentuk orientasi kesejajaran yang memperlihatkan lembaran. 

F Filit bertekstur sekistose tetapi disusun oleh mineral piloslikat yang halus (dalam ukurang 0,1 – 1 mm).

F Sekis ditandai oleh penjajaran mineral pipih berukuran > 1 mm sehingga mudah dikenali dengan mata telanjang. Pada sekis tampak keharian mineral pipih lebih melimpah dibandingkan mineral granular.

F Gneis berkristal sangat kasar, dapat mencapai beberapa milimeter dan mineral tabularnya memperlihatkan foliasi. Batuan ini didominasi oleh mineral granular dengan sedikit mineral pipih (tabular/prismatic) yang menjajar. Ahli Eropa menggunakan genes sebagai batuan yang kasar, sedikit kandungan mikanya, derajat tinggi. Istilah ortogenes dipakai untuk genes yang berasal dari batuan beku dan paragenes untuk genes yang berasal dari batuan sedimen.

F Milonit, merupakan batuan metamorf kataklastik yang disusun oleh matriks anata 50 – 90% dan sisanya berupa porfiroklas. Jika hampir keseluruhan terdiri dari matriks dan porfiroklas kurang dari 10% maka disebut ultra milonit. Pilonit adalah batuan metamorf kataklastik yang kaya akan mineral pilosilikat yang secara khas memperlihatkan seperti slate. Sedangkan batuan metamorfik yang bertekstur granoblastik disekitar intrusi dikenal dengan hornfels.

Berikut ini nama-nama batuan metamorf berdasarkan pada penamaan yang khas padanya :
F Sekis hijau adalah batuan metamorf berasal dari batuan beku basa, berwarna hijau, berfoliasi, berderajat rendah, umumnya disusun oleh klorit, epidot dan aktinolit.

F Sekis biru berasal dari batuan beku, berwarna gelap kebiruan, pada derajat sangat rendah, tekstur berfoliasi, warnanya disebabkan oleh melimpah kehadiran amfibol Na terutama glaukofan dan krosit.

F Amfibolit utamanya disusun oleh mineral hijau gelap hornblende dan plagiklas dengan ditambah berbagai mineral aksesori.

F Serpentinit adalah batuan berwarna hijau, hitam atau kemerah-merahan, disusun secara mencolok oleh sepentin. Batuan ini merupakan batuan metamorf berasal dari batuan beku ultra basa.

F Eklogit adalah batuan metamorf berkomposisi utama darnet dan omfasit (piroksen klono hijau rumput) tanpa plagiklas dengan sedikit mineral aksesori kuarsa, kianit, amfibol, zoisit dan rutil.

F Granulit, batuan metamorf dicirikan oleh tekstur granoblastik, berukuran butir seragam bahkan membentuk kristal yang sempurna (polygonal) dan mineral penyusunnya terbentuk pada temperatur tinggi, seperti feldspar, piroksen, amfibol.


F Magmatit adalah pencampuran batuan metamorf, sekis atau genes derajat tinggi berselang-seling dengan urat-urat batuan beku berkomposisi granitik hasil anateksis.

Previous
« Prev Post

No comments:

Post a Comment