Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silikat cair liat, pijar, bersifat mudah bergerak yang dikenal dengan magma. Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada berbagai hal, seperti genesanya, senyawa kimianya, mineraloginya atau tempat terbentuknya. Seperti telah disinggung di depan di dasarkan pada tempat terbentuknya batuan beku dibagi menjadi :
BACA JUGA: BATUAN PIROKLASTIKMAGMA
1. Batuan
beku ekstrusi : batuan beku sebagai
hasil pembekuan magma yang keluar diatas
pemukaan bumi baik didarat maupun dibawah muka air laut. Pada saat mengalir
dipermukaan masa tersebut membeku secara relatif cepat dengan melepaskan
kandungan gasnya.Oleh karena itu sering memperlihatkan struktur aliran dan
banyak lubang gasnya (vesikuler) .Magma yang keluar dipermukaan atau lava setidaknya
ada 2 jenis : Lava Aa dan Lava Pahoehoe.Lava Aa terbentuuk dari masa yang
kental sedangkan lava Phoehoe terbentuk oleh masa yang encer.
2. Batuan
baku intrusi : Batuan hasil
pembekuan magma didalam perut bumi .
Ukuran mineralnya kasar >1mm atau bahkan 5 mm.Ada beberapa batuan beku
intrusi yaitu:
a. Berbentuk tidak teratur dengan dinding yang curam dan
tidak diketahui batas bawahnya. Yang memiliki penyebaran > 100 km² disebut batholit, yang kurang dari 100 km²
dikenal dengan stock sedangkan yang
relatif lebih kecil dan membulat disebut dengan boss.
b. Intrusi berbentuk tabular yang memotong struktur setempat
( diskordan) disebut dyke/korok
sedangkan yang konkordan disebut sill
atau lakolit kalau cembung keatas.
c. Intrusi
berdimensi kecil dan membulat sering dikenal dengan intrusi selinder atau pipa.
Cara Pemerian
Batuan Beku
Struktur Batuan Beku
Struktur batuan beku adalah bentuk
batuan beku dalam skala yang besar, seperti lava bantal yang terbentuk di
lingkungan air (laut), seperti lava bongkah, struktur aliran dan lain –lainnya.
Suatu bentuk struktur batuan sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya.
Macam – macam struktur batuan beku adalah :
a. Masif, apabila tidak menunjukan adanya fragmen batuan lain yang
tertanam dalam tubuhnya.
b. Pillow
lava atau lava bantal,
merupakan struktur yang dinyatakan pada batuan ekstrusi tertentu, yang
dicirikan oleh masa berbentuk bantal dimana ukuran dari bentuk ini adalah
umumnya -+\.30-60 cm dan jaraknya
berdekatan, khas pada vulkanik bawah laut.
c. Joint, struktur yang ditandai oleh kekar-kekar yang tertanam
secara tegak lurus arah aliran. Struktur ini dapat
berkembang menjadi columnar jointing.
d. Vesikuler, merupakan struktur batuan beku ekstrusi yang ditandai
dengan lubang-lubang sebagai akibat
pelepasan gas selama pendinginan.
e. Skoria, adalah struktur batuan yang sangat vesikuler (banyak
lubang gasnya).
f. Amigdaloidal, struktur dimana lubang-lubang keluar gas diisi oleh mineral-mineral sekunder seperti
zeolit, larbonat, dan bermacam silika.
g. Xenolith, struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan
yang masuk atau tertanam ke dalam batuan beku. Stuktur ini terbentuk sebagai
akibat peleburan tidak sempurna dari suatu batuan samping di dalam magma yang
menerobos.
h. Autobreccia, adalah struktur pada lava yang memperlihatkan
fragmen-fragmen dari lava itu sendiri.
Tekstur Batuan Beku
Tekstur
dalam batuan beku merupakan hubungan antar mineral atau mineral dengan massa
gelas yang membentuk massa yang merata pada batuan. Selama pembentukan tekstur
dipengaruhi oleh kecepatan dan stadia kristalisasi. Yang kedua tergantung pada
suhu, komposisi kandungan gas, kekentalan magma dan tekanan. Dengan demikian tekstur tersebut merupakan
fungsi dari sejarah pembentukan batuan beku. Dalam hal ini tekstur tersebut
menunjukkan derajat kristalisasi (degree of crystallinity), ukuran butir (grain
siza), granularitas dan kemas (fabric), (Williams, 1982).
1. Derajat
kristalisasi
Batuan beku dengan hubungannya dengan kristal-kristal
memiliki tekstur kristal, dimana terdiri dari fragmen-fragmen clastik atau
tekstur piroklastik. Derajat kristalinitas terdiri dari tiga bagian yaitu
(lampiran ketiga):
a.
Holokristalin
: batuan yang tersusun
seluruhnya oleh massa kristal.
b.
Hipokristalin : adalah batuan yang tersusun atas
massa kristal dan gelas
c.
Holohyalin
: adalah batuan yang tersusun atas
seluruhnya oleh massa
2. Granularitas
Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat
sangat halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan mikroskop, tetapi
dapat pula sangat kasar. Umumnya dikenal 2 kelompok ukuran butir, yaitu
afanitik dan fanerik.
· Afanitik
Dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu kristal
sangat halus, sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang.
· Fanerik
Kristal
individu t=yang termasuk kristal fanerik dapat dibedakan menjadi ukuran-ukuran
:
- Halus,
ukuran diameter rata-rata kristal individu < 1 mm.
- Sedang,
ukuran diameter kristal 1 mm – 5 mm.
- Kasar,
ukuran diameter kristal 5 mm – 30 mm.
- Sangat
kasar, ukuran diameter kristal > 30 mm.
3. Kemas
Dalam kemas
batuan beku meliputi bentuk kristal dan susunan hubungan kristal dalam suatu
batuan.
a. Bentuk Kristal
Ditinjau
dari pandangan dua dimensi, dikenal tiga macam :
-
Euhedral, adalah bentuk
Kristal dan butiran mineral mempunyai bidang kristal yang sempurna.
-
Subhedral, adalah bentuk
Kristal dan butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang
sempurna.
-
Anhedral, adalah bentuk
Kristal dan butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang tidak sempurna.
Dilihat dari tiga dimensi, yaitu :
- Equidimensional, yaitu bentuk kristal ketiga
dimensinya sama panjang.
- Tabular, yaitu bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari
satu dimensi lain.
- Iregular, yaitu bentuk kristal tidak teratur.
b. Relasi
Merupakan
hubungan antar kristal satu dengan yang lain dalam suatu batuan dari ukuran
dikenal :
1. Granularitas
atau Equigranular, yaitu
mineral yang mempunyai ukuran butir relatif seragam, terdiri dari :
- Panidimorphic granular yaitu sebagian
besar mineral mempunyai ukuran yang seragam dan euhedral.
- Hipidiomorfik granular terdiri dari
mineral yang berukuran butir relatif seragam dan
subhedral.
- Allotiomorfik granular terdiri dari
mineral yang sebagian besar berukuran relatif seragam dan anhedral.
2. Inequigranular, apabila mineral
memiliki ukuran butir tidak sama, terdiri dari :
- Porfiritik, adalah tekstur batuan dimana
kristal besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar yang lebih halus.
- Vitroverik tekstur adalah berkarakter fenokris
tertanam dalam masa dasar berupa gelas.
3. Tekstur
khusus batuan beku, adalah
tekstur yang menunjukkan hubungan antara bentuk dan ukuran butir juga ada
yang menunjukkan arah pertumbuhan bersama antara mineral – mineral yang
berbeda. Tetapi tekstur ini sangat sulit diamati secara megaskopis. Beberapa tekstur khusus dari batuan
beku:
a.
Diabasik, yaitu
tekstur dimana plagioklas tumbuh bersama dengan piroksen, di sini piroksen
tidak terlihat jelas dan plagioklas radier terhadap piroksen.
b.
Trachitik, yaitu
tekstur dimana fenokris sanidin dan piroksen tertanam dalam masa dasar kristal
sanidin yang relatif tampak penjajaran dengan isian butir – butir piroksen,
oksida besi dan aksesori mineral.
c. Intergranular adalah tekstur batuan beku yang memiliki
ruang antar plagioklas ditempati oleh kristal – kristal piroksen, olivin atau
biji besi.
Klasifikasi dan Penamaan Batuan Beku
Berbagai
klasifikasi telah dikemukakan oleh beberapa ahli, kadang-kadang satu batuan
pada klasifiksai yang lain penamaannya berlainan pula. Dengan demikian seseorang
Petrologi harus benar-benar mengerti akan dasar penamaan yang diberikan pada
suatu batuan beku.
Klasifikasi Berdasarkan Kimiawi
Klasifikasi
ini telah lama menjadi standar dalam Geologi (C.J Huges, 1962), dan dibagi
dalam empat golongan, yaitu:
1. Batuan
beku asam, bila batuan beku
tersebut mengandung lebih dari 66% SiO2. Contoh
batuan ini Granit dan Rhyolit.
2. Batuan
beku menengah atau intermediet, bila
batuan tersebut mengandung 52%-66% SiO2. Contoh
batuan ini adalah Diorit dan Andesit.
3. Batuan
beku basa, bila batuan tersebut
mengandung 45% - 52% SiO2. Contoh batuan ini
adalah Gabro dan Basalt.
4. Batuan
beku ultra basa, bila batuan beku
tersebut mengandung kurang dari 45% SiO2.
Contoh batuan tersebut adalah Peridotit dan
Dunit.
Klasifikasi Berdasarkan Mineralogi
Dalam
klasifikasi ini indeks warna akan menunjukkan perbandingan mineral mafic dan
mineral felsic. S. J. Shand , 1943, membagi empat macam
batuan, yaitu:
- Leucrocatic Rock,
bila batuan beku mengandung 30% mineral mafic.
- Mesocratic Rock,
bila batuan beku tersebut mengandung 30%-60% mineral mafic.
- Melanocratic Rock,
bila batuan beku tersebut mengandung 60%-90% mineral mafic.
- Hipermelanuc
Rock, bila batuan beku
tersebut mengandung lebih dari 90 % mineral mafic.
Sedangkan
S. J. Elis, 1948, membagi kedalam empat golongan tekstur pula, yaitu:
1. Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari
10%.
2. Mafelsic,
untuk batuan beku dengan indeks warna 10% - 40%.
3. Mafic,
untuk batuan beku dengan indeks warna 40% - 70%.
4. Ultra mafic, untuk batuan
beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
Klasifikasi Berdasarkan Tekstur dan Komposisi
Mineral
Berdasarkan
ukuran besar butir dan tempat terbentuknya, batuan beku dapat dibagi menjadi
dua ; yaitu batuan beku Volkanik dan batuan beku Plutonik. Batuan beku Volkanik
adalah batuan beku yang terbentuk di atas atau di dekat permukaan bumi. Menurut Williams, 1983,
batuan beku yang berukuran kristal kurang dari 1mm adalah kelompok batuan
volkanik, terutama pada matriksnya. Batuan beku yang mempunyai ukuran kristal
lebih dari 1 mm dikelompokkan dalam batuan beku Plutonik, lebih-lebih bila
berukuran kurang dari 5 mm.
Pembagian
berdasarkan ukuran kristal saja tidak cukup karena sering kali inti suatu
aliran lava yang tebal mempunyai tekstur sedang (1-5mm), atau sebaliknya bagan
tepi suatu pluton boleh jadi akan mempunyai tekstur fenerik halus atau bahkan
afanitik dikarenakan pendinginan yang cepat selama kontak dengan batuan
sampingnya. Oleh karena itu penamaan sekepal batuan di laboratorium akan lebih
tepat jika didukung dengan data lapangan atas batuan tersebut.
Batuan Volkanik
Batuan
Volkanik dinamai dengan mempertimbangkan komposisi fenokris dan warna. Fenokris kuarsa dan
Feldspar alkali bersama dengan plagioklas asam dan sedikit biotit umum hadir
dalam komposisi asam, seperti dalam Rhyolit dan Dasit. Jika fenokris kuarsa dan
feldspar alkali bersama plagioklas asam yang melimpah melebihi jumlah feldspar
alkali, batuan tersebut adalah dasit. Sebaliknya jika yang melimpah adalah
feldspar alkali dibandingkan dengan plagioklas asam maka batuan tersebut
cenderung rhyolit. Warna dalam berbagai hal tidak terlalu berarti. Banyak Dasit
dan Rhyolit yang berwarna abu-abu kehijauan atau bahkan agak gelap. Oleh karena
itu warna baru bermanfaat jika tidak didapat satu pun fenokris dalam batuan
volkanik tersebut.
Fenokris
Hornblende yang melimpah dengan disertai oleh biotit atau piroksen adalah khas
pada andesit. Sungguhpun demikian sering pula didapati andesit berwarna abu-abu
yang mengandung fenokris piroksen. Hal tersebut berkaitan erat dengan kondisi
kandungan fluida H2O pada magma saat pembentukannya. Trakit
merupakan batuan berkomposisi menengah yang memperlihatkan tekstur aliran
dengan melibatkan banyak sanidin di dalamnya. Kenampakan penjajaran mineral
pada trakit merupakan gambaran akan aliran tersebut. Tekstur aliran/trakitik
semacam ini dikenal pula dengan istilah pilotaksitik.
Basalt
merupakan batuan volkanik berkomposisi basa yang umumnya berwarna gelap dengan
fenokris olivin dan piroksen yang melimpah. Adakalnya basalt tidak berfenokris
namun akan terlihat berwarna gelap dan umumnya vesikuler atau bahkan skoria.
Skoria adalah tekstur batuan volkanik yang sangat vesikuler, namun karena
kehadiran skoria khas pada basalt maka sering kali basalt yang bertekstur
skoria disebut dengan skoria saja.Variasi nama dalam komposisi basa menjadi
beragam, oleh kehadiran kandungan mineralnya. Seperti spilit. Spilit adalah
batuan berkomposisi mineral mafic sebagaimana basalt namun sungguhnya kandungan
An plagioklasnya rendah (oligoklas ). Lava basalt berstruktur bantal yang
tebentuk di air laut umumnya adalah spilit. Pengamatan plagioklas dalam hal ini
memerlukan bantuan mikroskop. Basanit dan Tetrit adalah kerabat berkomposisi
basa pula yang mengandung feldspatoid dan olivin.
Batuan Plutonik
Setidaknya
ada dua peneliti batuan yang telah menyusun klasifikasi dan tata nma batun
plutonik, yaitu: Strckeilsen, 1974 dan Williams, 1954/1983, Williams membagi
batuan Plutonik berdasarkan pada indeks warna (jumlah mineral mafic dalam
batuan). Indeks warna lebih kurang 10% (batuan felsic) diwakili oleh batuan
garnodiorit, adamelit, dan granit. Granit mempunyai kandungan feldspar alkali
yang jauh melimpah dibandingkan plagioklasnya, sebaliknya granodiorit mempunyai
plagioklas yang lebih dominan. Adamelit merupakan nama batuan felsik yang
mempunyai feldspar alkali sebanyak plagioklasnya.
Pada
indeks warna 10 – 40 % batuan plutonik diwakili oleh Diorit, Monzonit, dan
Syenit. Kuarsa umunya hadir dalam jumlah kurang dari 10% pada kelompok ini.
Syenit adalah salah satu dari kelompok ini yang memiliki feldspar akali yang
melebihi plagioklasnya.
Beberapa
batuan mafic dengan indeks warna 40 - 70
% adalh gabro, diabas/dolerit. Gabro mempunyai
tekstur ofitik sedangkan diabas bertekstur diabasik atau sub ofitik.
Ofitik adalah kenampakan dimana plagioklas dilingkupi oleh piroksen,
sedangkan diabasik adalah tumbuh bersama
antara plagioklas dan piroksen dimana plagioklas memperlihatkan pertumbuhan
yang menyebar.
Batuan
ultra mafic diperlihatkan dengan indeks warna lebih dari 70%. Dapat saja
disusun oleh >90% olivin yang disebut dunit atau oleh gabungan olivin dan
piroksen yang dikenal dengan peridotit. Jika Batuan ultra mafic tersebut
disusun oleh > 90% piroksen dikenal dengan piroksenit dan jika > 90%
berupa hornblende disebut dengan hornblendit. Serpentinit adalah ubahan secara
menyeluruh >90% batuan yang kaya akan mineral mafic. Anortosit adalah batuan
ultra basa yang tidak termasuk dalam ultra mafic karena hampir keseluruhan disusun
oleh plagioklas basa, sehingga indeks warnanya <10%.
Klasifikasi
batuan plutonik didasarkan pada kandungan mineral mineral modal dikemukakan
oleh The International Union of Geologycal Sciences (IUGS) pada 1973
(Streckeisen, 1973; 1978). Berbeda dari Williams klasifikasi ini menggunakan
mineral modal yang tampak hadir dalam batuan plutonik terutama mineral
felsicnya (mineral yang berwarna terang).
No comments:
Post a Comment