Psikologi
Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia belajar dalam
pendidikan pengaturan, efektivitas intervensipendidikan, psikologi pengajaran,
dan psikologi sosial dari sekolah sebagai organisasi. Psikologi pendidikan
berkaitan dengan bagaimana siswa belajar dan berkembang, dan sering terfokus
pada sub kelompok seperti berbakat anak-anak dan mereka yang tunduk pada khusus
penyandang cacat
Adapun pengertian psikologi menurut beberapa ahli antara lain:
1.
Psikologi pendidikan
Menurut Pandangan Democritus
Democritus,
filsuf pertama yang menekankan pentingnya pengaruh lingkungan dan suasana rumah
terhadap perkembangan kepribadian seseorang sehingga lingkungan dan suasana
rumah perlu dibina sebaik mungkin agar suasananya kondusif (menguntungkan) bagi
perkembangan anak.
2.
Psikologi pendidikan
Menurut Pandangan Plato dan Aristoteles
Plato dan
Aristoteles mengembangkan sistem pendidikan berdasarkan pada prinsip-prinsip
psikologi. Mereka menulis tentang model-model pendidikan yang diperuntukkan bagi
kelompok masyarakat yang berbeda-beda.
3.
Psikologi pendidikan
Menurut pandangan John Locke
Menurut Locke,
seluruh pengetahuan pada hakikatnya berasal dari pengalaman. Apa yang kita
ketahui melalui pengalamanitu bukanlah objek atau benda yang hendak kita ketahui
itu sendiri, melainkan hanya kesan-kesan pada pancaindra kita.
4.
Psikologi pendidikan Menurut
B.F. Skinner
Menurut B.F.
Skinner psikologi pendidikan adalah bahwa cabang psikologi yang berkaitan
dengan proses belajar mengajar.
Sejarah
Singkat Terbentuknya Psikologi Pendidikan
Esensi
psikologi telah ada jauh sebelum istilah “psikologi” itu sendiri lahir
sebagaimana diperkenalkan oleh Rudolph Goclenius pada tahun 1590. Sampai dengan
akhir abad ke-19, psikologi dipandang sebagai bagian dari filsafat dan ilmu
faal. Studi psikologi dalam konteks filsafat telah ada sejak peradaban Mesir,
Yunani, Cina, india dan persia kuno. Tulisan-tulisan filsuf yunani kuno,
seperti Tales, Plato, dan Aristoteles merupkan karya akademik terpenting dalam
sejarah pemikiran psikologi selanjutnya.
Para filsuf
atau ahli filsafat Yunani kuno telah memikirkan gejala-gejala kejiwaan. Produk
pemikiran mereka tentang masalah ini adalah berupa hasil penalaran tingkat
tinggi atau naturalistik, karena saat itu belum ada pembuktian secara empiris
atau ilmiah , apalagi penelitian eksprimental seperti sekarang. Gejala-gejala
kejiwaan kejiwaan mereka jelaskan melalui mitologi, misalnya sebagaimana
termuat dalam Mitologi Yunani.
Pada awal abad
XIX psikolog mengalami kemajuan yang cukup pesat. Gustaf Tehodore Fechner dan
Ernest Heinrich Weber menemukan hukum pengindraan melalui eksperimen yang
dipublikasikan pada tahun 1860 dalam buku Element of Psikologi. Pada tahun
1600, juhann Amos Comenius, teolog dan pendidik dari Ceko memperkenalkan alat
bantu visual dan menyatakan bahwa memahami lebih merupakan tujuan pengajaran
ketimbang menghafal.
Dalam alur
sejarah perkembangan psikologi, sumbangsih para sarjana ilmu faal yang memiliki
minat terhadap gejala-gejala kejiwaan sangat bermakna. Mereka mengadakan
teori-teori tentang reflektif, dan kemudian memunculakn aliran behaviorisme.
Perkembangan
selanjutnya dari teori gestalt adalah munculnya teori medan dari kurt Lewin.
Kurt Lewin yang awalnya tertarik pada paham gestalt ini kemudian mengkritiknya
karena di nilainya tidak adekuat. Aliran psikoanalisa yang lahir kemudian
sangant besar pengaruhnya bagi perkembangan psikologi era modern ini.
Pada sisi lain,
tahun 1883 berdiri laboratorium serupa di Universitas John Hopkins. Ajaran Wundt kemudian dicoba
untuk didesiminasikan di Amerika Serikat. Adalah Edward Bradford Tichener yang
menyebarluaskan ajaran-ajaran Wundt itu di negeri paman sam ini. Salah seorang
siswa Wiliam James, Edward L Thrndike menulis teks psikologi pendidikan pertama
pada tahun 1903 dan mendirikan jurnal psikologi pendidikan tahun 1910.
Perkembangan di bidang pendidikan terus menjadi terkait erat dengan psikolog
pada paruh pertama abad kedua puluh.
Perkembangan
Psikologi Pendidikan pada permulaan abad ke-20 ditandai penelitian-penelitian
psikologi yang lebih khusus yang memberikan dampak besar terhadap teori-teori
dan praktek pendidikan. Tokohnya antara lain adalah Termann, Thorndike, dan
Jude. Aliran-aliran Psikologi yang berkembang pada permulaan abad ke-20 yang mempelajari
perilaku dan proses belajar dari sudut pandang yang berbeda-beda, juga telah
memberikan penagaruh terhadap perkembangan teori dan praktek pendidikan,
seperti : Behaviorisme (Watson), Psikoanalisis (Freud), dan
Gestalt(Kohler,Koffka). Teori-teori ini tidak ada yang terbaik karena sifatnya
komplementer atau melengkapi.
Pengujian,
pengklasifikasian, dan penilaian pertimbangan metode-metode pendidikan telah
dilakukan beberapa abad sebelum lahirnya psikologi pada akhir tahun 1800-an.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh ahli-ahli filsafat pendidikan seperti
Democritos, Quantilian, Vives, dan Cominius. Oleh karena itu, psikologi
pendidikan tidak dapat mengakui sebagai yang pertama yang melakuakan analisis
sistematis proses pendidikan. Namun aspirasi-aspirasi tentang disiplin baru
berhenti pada aplikasi metode-metode ilmiah mengenai observasi dan
eksperimentasi untuk masalah-masalah pendidikan. Bahkan pada tahun-tahun awal
disiplin ilmu ini, para ahli psikologi pendidikan, mengemukakan ketebatasan
pendekatan baru ini.
William James,
pemuka ahli psikologi Amerika, mengemukakan dalam seri kuliahnya yang terkenal,
bahwa psikologi adalah ilmu, sedangkan mengajar adalah seni atau kiat, dan ilmu
tidak pernah menurunkan langsung seni atau kiat diluar keilmuannya sendiri.
Suatu pemikiran inventif intermediet harus membuat aplikasi itu, dengan
menggunakan keasliannya sebagai sebuah ilmu pengetahuan. Dalam bukunya yang
berjudul “Principles of Psychology” William James menyarankan untuk melakukan
pendekatan fungsional dalam psikologi (lawan psikologi struktural – Wundt).
Fungsionalisme dalam psikologi adalah cara pendekatan yang menganggap bahwa
kesadaran terhadap gejala-gejala mental adalah hal yang utama.
Seiring
perkembangan sains dan tekhnologi, akhirnya lahir dan berkembanglah secara
resmi psikologi pendidikan. Menurut David pada umumnya para ahli memandang
bahwa Johann Friedrich Herbart adalah bapak
psikologi pendidikan yang konon menurut sebagian anli masih merupakan
disiplin sempalan psikologi lainnya. Herbart adalah seorang filosof dan
pengarang kenamaan yang lahir di Oldenburg, dalam pandangan Hertbart proses
atau memahami sesuatu tergantung pada pengenalan individu terhadap hubungan –
hubungan antara ide – ide baru dengan pengetahuanyang telah dia miliki.
Didalam
berdirinya psikologi pendidikan ini tidak terlepas dari tiga orang tokoh
perintis. Diantara tiga tokoh tersebut adalah:
a. William
James
James
mengatakan bahwa sangat penting untuk mempelajari proses belajar mengajar di
kelas, karena sangat berguna untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu
rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik yang sedikit libih tinggi
diatas tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan untuk memperluas
cakrawala pemikiran anak.
b. John
Dewey
John
Dewey adalah tokoh kedua yang berperan besar dalam membentuk psikologi
Pendidikan, dia merupakan motor penggerak untuk meaplikasikan psikologi
ditingkat praktis. Ada beberapa ide penting yang dapat kita peroleh dari John
Dewey:
1)
Dari Dewey kita
mendapatkan pandangan tentang anak sebagai pembelajar aktif
(
active learner ). Sebelum dia mengemukakan
pandangan ini ada keyakinan bahwa disaat belajar anak – anak mestinya duduk
diam di kursi dan mendengarkan pelajaran secara pasif dan sopan, sebaliknya
Dewey percaya bahwa anak – anak akan belajar dengan lebih baik jika mereka aktif.
2)
Dari Dewey kita
mendapatkan ide bahwa pendidikan seharusnya difokoskan pada anak secara
keseluruhan dan memperkuat kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan,
dalam artian anak – anak tidak hanya mendapatkan pelajaran berdasarkan belajar
yang bersifat formal tetapi juga bisa bersifat informal.
3)
Dewey juga mendapatkan
wawasan bahwa semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang selayaknya.
c. E.L
Thorndike.
Dia
adalah tokoh ketiga yang banyak memberikan perhatian pada penilaian dan
pengukuran dan perbaikan dasar – dasar belajar secara ilmiah. Thorndike
berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan disekolah yang paling penting
adalah menanamkan keahlian penalaran anak. Ia sangat ahli dalam melakukan studi belajar dan
mengajar secara ilmiah.
Pendekatan
Thorndike untuk studi pembelajaran digunakan sebagai panduan bagi psikologi
pendidikan diparuh pertama abad ke-20.
Dalam ilmu psikologi Amerika, pandangan B. F. Skinner (1938), yang di dasarkan
pada ide-ide Thorndike.
Pendekatan
perilaku ala Skinner adalah bahwa proses mental yang di kemukakan oleh psikolog
seperti James dan Dewey adalah proses yang tidak dapat di amati dan karenanya
tak bisa menjadi subjek studi psikologi ilmiah yang menurutnya adalah ilmu
tentang perilaku yang dapat di amati dan ilmu tentang kondisi-kondisi yang
mengendalikan perilaku.
Objek
Kajian Psikologi Pendidikan
Objek kajian
psikologi pendidikan tanpa mengabaikan persoalan psikologi guru terletak pada
peserta didik. Karena hakikat pendidikan adalah pelayanan khusus diperuntukkan
bagi peserta didik. Oleh karena itu objek kajian psikologi pendidikan, selain
teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, tetapi lebih condong pada aspek
psikologis peserta didik, khususnya ketika mereka terlibat dalam proses
pembelajaran.
Menurut Glover
dan Ronning bahwa objek kajian psikologi pendidikan mencakup topik-topik
tentang pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, hereditas dan lingkungan,
perbedaan individual peserta didik, potensi dan karakteristik tingkah laku
peserta didik, pengukuran proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran,
kesehatan mental, motivasi dan minat, serta disiplin lain yang relean.
Sedangkan
menurut Syaodih Sukmadinata dalam Syaiful Sagala mengatakan bahwa objek kajian
psikologi pendidikan adalah interaksi antara pendidik dengan peserta didik
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik, dengan dukungan sarana dan
fasilitas tertentu yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.
Psikologi
pendidikan berusaha untuk mewujudkan tindakan psikologis yang tepat dalam
interaksi antar setiap faktor pendidikan. Pengetahuan psikologis tentang
peserta didik menjadi hal yang sangat penting dalam pendidikan. Karena itu,
pengetahuan tentang psikologi pendidikan seharusnya menjadi kebutuhan bagi para
guru, bahkan bagi tiap orang yang menyadari dirinya sebagai pendidik.
Secara garis
besar banyak ahli membatasi objek kajian psikologi pendidikan menjadi tiga
macam:
a. Mengenai
“belajar”, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri khas
perilaku belajar peserta didik, dan sebagainya;
b. Mengenai
“proses belajar”, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan
belajar peserta didik;
c. Mengenai
“situasi belajar”, yakni suasana dan keadaan lingkungan, baik bersifat fisik
maupun nonfisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik.
Ruang
Lingkup Psikologi Pendidikan
Ruang lingkup
psikologi pendidikan adalah apa saja yang dibahas dalam ilmu psikologi
pendidikan. Secara luas biasanya suatu buku membahas tentang proses, lingkungan
dan hereditas, evaluasi belajar, perkembangan, kesehatan mental dan lain
sebagainya. Sedangkan buku yang lingkupnya lebih sempit biasanya berkisar pada
soal proses belajar mengajar saja.
Perbedaan ini
sangat dipengaruhi oleh maksud penulis dalam menulis buku itu. Ada yang
bermaksud hanya memberikan pengantar saja, sehingga pembahasanya mengenai
lingkup itu cukup luas, akan tetapi kurang mendalam. Sebaliknya ada yang
lingkup pembahasannya tidak luas, yaitu berkisar pada proses beljar, akan
tetapi pembahasannya cukup mendalam. Jadi, beleh dikatakan bahwa tidak ada dua
buku psikologi pendidikan yang menunjukkan ruang lingkup materi yang sama
benar.
Pada dasarnya
dalam psikologi pendidikan itu membahas tentang hal-hal sebagai berikut:
a.
Hereditas dan
Lingkungan
b.
Pertumbuhan dan
Perkembangan
c.
Potensial dan
Karakteristik Tingkah laku
d.
Hasil Proses
Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Individu yang Bersifat Personal dan Sosial
e.
Higiene Mental dan
Pendidikan
f.
Evaluasi Hasil
Pendidikan
Tujuan
Mempelajari Psikologi Pendidikan
Tujuan mempelajari psikologi
pendidikan adalah :
1. Memahami
Perbedaan Siswa (Diversity of Student)
Setiap individu
dilahirkan dengan membawa potensi yang berbeda-beda, tidak ada yang sama antara
siwa satu dengan siswa yang lainnya. Oleh karena itu, seorang guru harus
memahami keberagaman antara siswa satu dengan siswa yang lainnya, mulai dari
perbedaan tingkat pertumbuhannya, tugas perkembangannya sampai pada
masing-masing potensi yang dimiliki oleh anak. Dengan pemahaman guru yang baik
terhadap siswanya, maka bisa menciptakan hasil pembelajaran yang efektif dan
efisien serta mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.
2. Untuk
Memilih Strategi dan Metode Pembelajaran
Sebagai sorang
pendidik dalam memilih strategi dan metode pembelajaran harus menyesuaikan
dengan tugas perkembangan dan karakteristik masing-masing peserta didiknya. Hal
ini bisa didapatkan oleh seorang guru melalui mempelajari psikologi terutama
tugas-tugas perkembangan manusia. Jika metode dan model pendidikan sudah bisa
menyesuaiakan dengan kondisi peserta didik, maka proses pembelajaran bisa
berjalan dengan maksimal.
3. Untuk
menciptakan Iklim Belajar yang Kondusif di dalam Kelas
Kemampuan guru
dalam menciptakan iklim dan kondisi pembelajaran yang kondusif mampu membantu
proses pembelajaran berjalan secara efektif. Seorang pendidik harus mengetahui
prinsip-prinsip yang tepat dalam proses belajar mengajar, pendekatan yang
berbeda menyesuaikan karakteristik siswa dalam mengajar untuk menghasilkan
proses belajar mengajar yang lebih baik. Disinilah peran psikologi pendidikan
yang mampu mengajarkan bagaimana seorang pendidik mampu memahami kondisi psikologis
dan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, sehingga proses pembelajaran di dalam kelas
bisa berjalan secara efektif.
4. Memberikan
Bimbingan dan Pengarahan kepada Siswa
Selain berperan
sebagai pengajar di dalam kelas, seorang guru juga diharapkan bisa menjadi
seorang pembimbing yang mempu memberikan bimbingan kepada peserta didiknya,
terutama ketika peserta didik mendapatkan permasalahan akademik. Dengan
berperan sebagai seorang pembimbing seorang pendidik juga lebih bisa melakukan
pendekatan secara emosional terhadap peserta didiknya. Jika sudah tercipta
hubungan emosional yang positif antara pendidik dan peserta didiknya, maka
proses pembelajaran juga akan tercipta secara menyenangkan.
5. Mengevaluasi
Hasil Pembelajaran
Tugas utama
guru atau pendidik adalah mengajar di dalam kelas dan melakukan evaluasi dari
hasil pengajaran yang sudah dilakukan. Dengan mempelajari psikologi pendidikan
diharapkan seorang pendidik mampu memberikan penilaian dan evaluasi secara adil
menyesuikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik
tanpa membedakan antara satu dengan yang lainnya.
Manfaat
Mempelajari Psikologi Pendidikan
Manfaat mempelajari psikologi
pendidikan bagi pendidik, yaitu:
a.
Peka terhadap perilaku
dan kebutuhan manusia untuk belajar
b.
Mengembangkan diri
sendiri untuk menjadi manusia pembelajar dan dapat membagi ilmunya pada orang
lain secara profesional
c.
Mengetahui
teknik-teknik yang tepat untuk memaksimalkan potensi belajar anak didik
d.
Mampu menganalisis
kekurangan dan kelebihan dalam metode belajar mengajar baik terhadap diri
sendiri maupun orang lain serta berupaya untuk terus memperbaikinya
Sedangkan manfaat mempelajari
psikologi pendidikan bagi siswa didik adalah sebagai berikut:
a.
Meningkatkan kemauan
dan niat untuk mencari dan mendapatkan
ilmu.
b.
Mengenali naluri dan
potensi belajar
c.
Mengembangkan diri
menjadi manusia pembelajar
Bertekad untuk
meningkatkan harkat dirinya lebih baik dibandingkan dengan generasi
Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai Pengembangan Psikologi
ReplyDeleteSaya juga mempunyai tulisan yang sejenis mengenai Pengembangan Psikologi yang bisa anda kunjungi di Informasi Seputar Psikologi