1. Pengertian Penyesuaian Diri
Makna
akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal
yang telah dipelajari dapat membantunya dalam penyesuaian diri dengan
kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Seseorang tidak
dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu
menyesuaikan diri, kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan
diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang
proses penyesuaian yang baik atau yang salah. Penyesuaian yang sempurna dapat
terjadi jika manusia / individu selalu
dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya, tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan semua fungsi-fungsi organisme / individu berjalan normal. Namun, penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat, dan manusia terus menerus menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi sehat. Penyesuaian diri adalah suatu proses. Kepribadian yang sehat ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya, tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan semua fungsi-fungsi organisme / individu berjalan normal. Namun, penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat, dan manusia terus menerus menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi sehat. Penyesuaian diri adalah suatu proses. Kepribadian yang sehat ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
2. Konsep Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang
bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih
sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Atas dasar pengertian
tersebut dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia sanggup
untuk membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan
lingkungannya.
Dalam
kehidupan sehari-hari, Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan
penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu yang menderita dan
tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak-mampuannya
dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan
dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang
mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan
penyesaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan. Penyesuaian dapat diartikan
atau dideskripsikan sebagai berikut :
- Penyesuaian berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
- Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip.
- Penyesuaian dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respon – respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan dan frustasi-frustasi secara efisien. Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang adekkuatt/ memnuhi syarat.
- Penyesuaian dapat diartikan penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional maksudnya ialah secara positifmemiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa, penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai
keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungan.
3.
Pertumbuhan Personal
Manusia merupakan makhluk individu. Manusia itu disebut individu apabila pola
tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah
laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya
memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga
mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Kepribadian
suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui
pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang. Setiap
individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal
itu membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor yang
mempengaruhinya terutama lingkungan keluarga. Hal ini disebabkan karena
keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita lebih banyak meluangkan
waktu dengan keluarga. Setiap keluarga pasti menerapkan suatu aturan atau norma
yang mana norma-norma tersebut pasti akan mempengaruhi dalam pertumbuhan
individu. Bukan hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat pun
terdapat norma-norma yang harus di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi
pertumbuhan individu.
Pertumbuhan adalah proses yang mencakup
pertambahan dalam jumlah dan ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof. Gessel
mengatakan, bahwa pertumbuhan pribadi manusia adalah proses yang terus-menerus.
Semua pertumbuhan terjadi berdasarkan pertumbuhan yang terjadi sebelumnya.
Fenomenologi
pertumbuhan
Fenomenologi
memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan
diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya
sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.”
(Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers,
yang boleh disebut sebagai Bapak Psikologi Humanistik. Carl Rogers menggaris
besarkan pandangan Humanisme.
B. Strees
Stres adalah suatu kondisi
anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan
penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu
sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat. (ref:edy64).
Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam
konteks negatif, karena stres memiliki nilai positif ketika menjadi peluang
saat menawarkan potensi hasil.
Sebagai contoh, banyak profesional memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang
mepet sebagai tantangan positif
yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari
pekerjaan mereka.
Stres bisa positif dan bisa negatif. Para peneliti
berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan,
atau stres yang menghalangi dalam mencapai tujuan. Meskipun riset
mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan, bukti awal
menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit
negatifnya dibanding stres hambatan.
1. PENGERTIAN STRESS DAN GENERAL ADAPTATION SYNDROMS
Dari
sudut pandang ilmu kedokteran, menurut Hans Selye seorang fisiologi dan pakar
stress yang dimaksud dengan stress adalah suatu respon tubuh yang tidak spesifik
terhadap aksi atau tuntutan atasnya.Jadi merupakan repons automatik tubuh yang
bersifat adaptif pada setiap perlakuan yang menimbulkan perubahan fisis atau
emosi yang bertujuan
untuk mempertahankan kondisi fisis yang optimal suatu organisme. Dari sudut pandang psikologis stress
didefinisikan sebagai suatu keadaan internal yang disebabkan oleh kebutuhan
psikologis tubuh atau disebabkan oleh situasi lingkungan atau sosial yang
potensial berbahaya, memberikan tantangan, menimbukan perubaha-perubahan atau memerlukan mekanisme pertahanan
seseorang. Suwondo(1996) mendifinisikan stess sebagai suatu keadaan psikologik yang
merupakan representatif dari transaksi khas dan problematika antara seseorang
dengan lingkungannya. Menurut Hans Selya membagi stress membagi stress dalam 3 tingkatan :
a. Eustress adalah respon stress ringan yang menimbulkan rasa
bahagia, senang, menantang, dan menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang terjadi bersifat
positif, misalnya lulus dari ujian, atau kondisi menghadapi suatu perkawinan.
b. Distress merupakan respon stress yang buruk dan menyakitkan sehingga tak mampu lagi
diatasi.
c. Optimal stress atau Neustress adalah stress yang berada antara eustress dan
distres,merupakan respon stress yang menekan namun masih seimbang untuk
menghadapi masalah dan memacu untuk lebih bergairah, berprestasi, meningkatkan
produktivitas kerja dan berani bersaing.
Reaksi fisiologis tubuh terhadap perubahan-perubahan
akibat stress disebut sebagai general adaption syndrome, yang terdiri dari tiga
fase:
a. Alarm reaction(reaksi peringatan) pada fase ini tubuh dapat mengatasi stressor(perubahan) dengan
baik. Apabila ada rasa takut atau cemas atau khawatir tubuh akan mengeluarkan adrenalin, hormon yang mempercepat katabolisme untuk
menghasilkan energi untuk persiapan menghadapi bahaya mengacam. Ditambah dengan
denyut jantung bertambah dan otot berkontraksi.
b. The stage of resistance( reaksi pertahanan). Reaksi terhadap stressor sudah mencapai atau
melampaui tahap kemampuan tubuh. Pada keadaan ini sudah dapat timbul gejala-gejala psikis dan somatis.
Respon ini disebut juga coping mechanism. Coping berarti kegiatan menghadapi masalah, misalnya kecewa diatasi dengan humor, rasa
tidak senang dihadapi dengan ramah dan sebagainya
c. Stage of exhaustion( reaksi kelelahan). Pada fase ini gejala-gejala psikosomatik tampak dengan
jelas. Gejala psikosomatis
antara lain gangguan penceranaan, mual, diare, gatal-gatal, impotensi, exim,
dan berbagai bentuk gangguan lainnya. Kadang muncul gangguan tidak mau makan
atau terlalu banyak makan.
2. Faktor – faktor individu dan sosial yang
menjadi penyebab stress
Faktor lingkungan
Selain memengaruhi desain struktur sebuah organisasi, ketidakpastian lingkungan juga memengaruhi tingkat stres para karyawan dan organisasi. Perubahan dalam siklus bisnis
menciptakan ketidakpastian ekonomi, misalnya, ketika kelangsungan pekerjaan
terancam maka seseorang mulai khawatir ekonomi akan memburuk.
Faktor organisasi
Banyak faktor di dalam organisasi yang dapat menyebabkan stres. Tekanan untuk
menghindari kesalahaan atau menyelesaikan tugas dalam waktu yang mepet, beban
kerja yang berlebihan, atasan yang selalu menuntut dan tidak peka, dan rekan
kerja yang tidak menyenangkan adalah beberapa di antaranya. Hal ini dapat mengelompokkan
faktor-faktor ini menjadi tuntutan tugas, peran, dan antarpribadi.
Tuntutan tugas adalah faktor yang terkait dengan
pekerjaan seseorang. Tuntutan tersebut meliputi desain pekerjaan individual,
kondisi kerja, dan tata letak fisik pekerjaan. Sebagai contoh, bekerja di
ruangan yang terlalu sesak atau di lokasi yang selalu terganggu oleh suara
bising dapat meningkatkan kecemasan dan stres. Dengan semakin pentingnya
layanan pelanggan, pekerjaan yang menuntut faktor emosional
bisa menjadi sumber stres.
Tuntutan peran berkaitan dengan tekanan yang diberikan kepada seseorang sebagai fungsi dari
peran tertentu yang dimainkannya dalam organisasi. Konflik peran menciptakan ekspektasi yang mungkin
sulit untuk diselesaikan atau dipenuhi.
Tuntutan antarpribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh
karyawan. Tidak adanya dukungan dari kolega dan hubungan antarpribadi yang
buruk dapat meyebabkan stres, terutama di antara para karyawan yang memiliki
kebutuhan sosial yang tinggi.
Faktor pribadi
Faktor-faktor pribadi terdiri dari masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri seseorang.
Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang
sangat mementingkan hubungan keluarga dan pribadi. berbagai kesulitan
dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan, dan kesulitan masalah disiplin
dengan anak-anak adalah beberapa contoh masalah hubungan yang
menciptakan stres.
Masalah ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pasak
daripada tiang adalah kendala pribadi lain yang menciptakan stres bagi karyawan
dan mengganggu konsentrasi kerja karyawan. Studi terhadap tiga organisasi yang berbeda menunjukkan bahwa gejala-gejala stres
yang dilaporkan sebelum memulai pekerjaan sebagian besar merupakan varians dari
berbagai gejala stres yang dilaporkan sembilan bulan kemudian. Hal ini membawa
para peneliti pada kesimpulan bahwa sebagian orang memiliki kecenderungan
kecenderungan inheren untuk mengaksentuasi aspek-aspek negatif dunia
secara umum. Jika kesimpulan ini benar, faktor individual yang secara
signifikan memengaruhi stres adalah sifat dasar seseorang. Artinya, gejala
stres yang diekspresikan pada pekerjaan bisa jadi sebenarnya berasal dari kepribadian orang itu.
3. tipe-tipe stress psikologis
a. Tekanan (pressures)
Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk
mencapai sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah laku
tertentuSecara umum tekanan mendorong individu untuk meningkatkan performa,
mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah laku. Tekanan sering
ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan
memiliki bentuk yang berbeda-beda pada setiap individu. Tekanan dalam beberapa
kasus tertentu dapat menghabiskan sumber-sumber daya yang dimiliki dalam proses
pencapaian sasarannya, bahkan bila berlebihan dapat mengarah pada perilaku
maladaptive. Tekanan dapat berasal dari sumber internal atau eksternal atau
kombinasi dari keduanya.Tekanan internal misalnya adalah sistem nilai, self
esteem, konsep diri dan komitmen personal. Tekanan eksternal misalnya berupa
tekanan waktu atau peranyang harus dijalani seseorang, atau juga dpat berupa
kompetisi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat antara lain dalam
pekerjaan, sekolah dan mendapatkan pasangan hidup.
b. Frustasi
. Frustasi dapat terjadi apabila usaha
individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya
kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustasi juga dapat
diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam, seperti misalnya timbul reaksi marah, penolakan maupun
depresi.
c. Konflik
Konflik terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan
merespon langsung terhadap dua atau lebih dorongan, juga munculnya dua
kebutuhan maupun motif yang berbeda dalam waktu bersamaan. Ada 3 jenis konflik
yaitu :
- Approach – approach conflict, terjadi apabila individu
harus satu diantara dua alternatif yang sama-sama disukai, misalnya saja
seseorang sulit menentukan keputusan diantara dua pilihan karir yang sama-sama
diinginkan. Stres muncul akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif
yang tidak diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat
diselesaikan.
- Avoidence
– avoidence conflict, terjadi bila individu diharapkan pada dua pilihan yang
sama- sama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang hamil muda yang hamil
diluar nikah, di satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi di sisi lain ia belum
mampu secara mental dan finansial untuk membesarkan anaknya nanti. Konflik
jenis ini lebih sulit diputuskan dan memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu
untuk menyelesaikannya karena masing-masing alternatif memilki konsekuensi yang
tidak menyenangkan.
- Approach
– avoidence conflict, adalah situasi dimana individu merasa tertarik sekaligus
tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek yang sama,
misalnya seseorang yang berniat berhenti merokok, karena khawatir merusak
kesehatannya tetapi ia tidak dapat membayangkan sisa hidupnya kelak tanpa rokok
Berdasarkan
pengertian stressor diatas dpat disimpulkan kondisi fisik, lingkungan dan sosial yang menjadi penyebab dari kondisi
stres.
4. Symptom Reducing Responses terhadap Stress
a. pengertian symptom -reducing responses terhadap
stress
Kehidupan akan terus berjalan seiring dengan
brjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan terus menerus
merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu memiliki
mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk
mengurangi gejala-gejala stress yang ada.
b. Mekanisme Pertahanan Diri
Indentifikasi adalah suatu cara yang digunakan
individu untuk mengahadapi orang lain dengan membuatnya menjadi kepribadiannya,
ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut. Misalnya seorang
mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya memiliki kepribadian yang
menyenangkan, cara bicara yang ramah, dan sebagainya, maka mahasiswa tersebut
akan meniru dan berperilaku seperti dosennya.
- Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh kepuasan dibidang
tertentu, tetapi mendapatkan kepuasaan dibidang lain. Misalnya Andi memiliki
nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun prestasi olahraga yang ia
miliki sangat memuaskan.
- Overcompensation / Reaction Formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan
orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan
serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan
pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya karena mengobrol saat
upacara, beraksi dengan menjadi sangat tertib saat melaksanakan upacara san
menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
·
Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang
peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan
yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima
oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat agresifitas yang
disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.
·
Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan
sifat-sifat batin sendiri pada objek diluar diri atau melemparkan kekurangan
diri sendiri pada orang lain. Mutu Proyeksi lebih rendah daripada
rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya, namu n ia
berkata temannya lah yang tidak menyukainya.
·
Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam diri pribadi dirinya
sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seorang wanita mencintai seorang pria
lalu ia memasukkan pribadi pria tersebut ke dalam pribadinya.
·
Reaksi Konversi
Secara singkat mengalihkan koflik ke alat tubuh atau
mengembangkan gejala fisik. Misalnya belum belajar saat menjelang bel masuk
ujan, seorang anak wajahnya menjadi pucat berkeringat.
·
Represi
Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang
tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan
dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan sengaja
melupakan kejadian saat ia di marahi oleh bosnya tadi siang.
·
Supresi
Supresi yaitu menekan konflik impuls yang tidak dapat
diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang
menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata "Sebaiknya kita tidak
membicarakan hal itu lagi."
·
Denial
Denial adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap
sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnay seorang penderita diabetes memakan
semua makanan yang menjadi pantangannya.
·
Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku seorang yang apabila
menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan. Misalnya artis
yang sedang digosipkan selingkuh karena malu maka ia menarik diri dari
perkumpulannya.
·
Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang menghadapi
konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfantasi, misalnya dengan
lamunan. Contoh seorang pria yang tidak memilki keberanian untuk menyatakan
rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi dirinya dengan orang yang ia cintai.
·
Negativisme
Adalah perilaku seseorang yang selalu bertentangan /
menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang
anak yang menolak perintah gurunya dengan bolos sekolah.
·
Sikap Mengritik Orang Lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang lain
dengan kritikan-kritikan. perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif.
Misalkan seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan karyawan lain dengan adu
argument saat rapat berlangsung.
5. PENDEKATAN PROBLEM SOLVING STRESS, MENINGKATKAN
TOLERANSI
STRESS
Kita mengatasi rasa stress itu dengan cara kita mencari penyebab stress itu sendiri (stressor) setelah kita tau penyebabnya kita harusbisa memilih mana jalan keluar terbaik untuk masalah kita,kalo perlu meminta bantuan orang lain. Misalnya kita baru mengalami putus cinta,lalu kita merasakan stress dan kita pun tau kalau untuk melanjutkan hubungan tersebut tidak mungkin lagi,nah darisitu kita bisa mengambil keputusan kalau memang orang itu bukan yang terbaik untuk kita,apa salahnya kita mencoba dengan orang baru dalam kehidupan kita. Atau tidak kita cerita kepada semua teman-teman kita yang bisa di percaya mungkin itu bisa sedikit menenangkan hati kita dan mengurangi rasa stress kita. Manusia adalah makhluk kompleks yang berada dalam kehidupan yang kompleks pula. Kompleksitas kehidupan berpotensi menimbulkan stres, dan menuntut seseorang untuk mengatasinya. Cara seseorang mengatasi stres dapat dikelompokkan menjadi dua kategori. Pertama, cara ini merupakan cara yang spontan dan tidak disadari, dimana pengelolaan stres berpusat pada emosi yang dirasakan. Dalam istilah psikologi diklasifikasikan sebagai defense mechanism. Beberapa perilaku yang tergolong kedalam kelompok ini adalah:
Kita mengatasi rasa stress itu dengan cara kita mencari penyebab stress itu sendiri (stressor) setelah kita tau penyebabnya kita harusbisa memilih mana jalan keluar terbaik untuk masalah kita,kalo perlu meminta bantuan orang lain. Misalnya kita baru mengalami putus cinta,lalu kita merasakan stress dan kita pun tau kalau untuk melanjutkan hubungan tersebut tidak mungkin lagi,nah darisitu kita bisa mengambil keputusan kalau memang orang itu bukan yang terbaik untuk kita,apa salahnya kita mencoba dengan orang baru dalam kehidupan kita. Atau tidak kita cerita kepada semua teman-teman kita yang bisa di percaya mungkin itu bisa sedikit menenangkan hati kita dan mengurangi rasa stress kita. Manusia adalah makhluk kompleks yang berada dalam kehidupan yang kompleks pula. Kompleksitas kehidupan berpotensi menimbulkan stres, dan menuntut seseorang untuk mengatasinya. Cara seseorang mengatasi stres dapat dikelompokkan menjadi dua kategori. Pertama, cara ini merupakan cara yang spontan dan tidak disadari, dimana pengelolaan stres berpusat pada emosi yang dirasakan. Dalam istilah psikologi diklasifikasikan sebagai defense mechanism. Beberapa perilaku yang tergolong kedalam kelompok ini adalah:
1.
Acting out, yaitu menampilkan tindakan yang justru tidak mengatasi masalah.
Perilaku ini lebih sering terjadi pada orang yang kurang mampu
mengendalikan/menguasai diri, misalnya merusak barang-barang di sekitarnya.
2.
Denial, yaitu menolak mengakui keadaan yang
sebenarnya. Hal ini bisa bermakna positif, bisa pula bermakna negatif. Sebagai
contoh, seseorang guru menyadari bahwa dirinya memiliki kelemahan dalam
berbahasa Inggris, namun ia terus berupaya untuk mempelajarinya; bisa bermakna
positif bila dengan usahanya tersebut terjadi peningkatan kemampuan; bermakna
negatif bila kemampuannya tidak meningkat karena memang potensinya sangat
terbatas, namun ia tetap berusaha sampai mengabaikan pengembangan potensi lain
yang ada dalam dirinya.
3.
Displacement, yaitu memindahkan/melampiaskan perasaan/emosi tertentu pada
pihak/objek lain yang benar-benar tidak ada hubungannya namun dianggap lebih
aman. Contohnya: Seorang guru merasa malu karena ditegur oleh Kepala Sekolah di
depan guru-guru lain, maka ia melampiaskan perasaan kesalnya dengan cara
memarahi murid-murid di kelas.
4.
Rasionalisasi, yaitu membuat alasan-alasan logis atas perilaku buruk. Contohnya:
Seorang Kepala Sekolah yang tidak menegur guru yang membolos selama 3 hari
mengatakan bahwa ia tidak menegur guru tersebut karena pada saat itu ia sedang
mengikuti pelatihan untuk kepala sekolah di ibukota provinsi. Kedua, cara yang
disadari, yang disebut sebagai direct coping, yaitu seseorang secara sadar melakukan
upaya untuk mengatasi stres. Jadi pengelolaan stres dipusatkan pada masalah
yang menimbulkan stres. Ada dua strategi yang bisa dilakukan untuk mengatasi
stres, yaitu:
1.
Meningkatkan toleransi terhadap stres, dengan cara meningkatkan
keterampilan/kemampuan diri sendiri, baik secara fisik maupun psikis, misalnya,
Secara psikis: menyadarkan diri sendiri bahwa stres memang selalu ada dalam
setiap aspek kehidupan dan dialami oleh setiap orang, walaupun dalam bentuk dan
intensitas yang berbeda. Secara fisik: mengkonsumsi makanan dan minuman yang
cukup gizi, menonton acara-acara hiburan di televisi, berolahraga secara
teratur, melakukan tai chi, yoga, relaksasi otot, dan sebagainya.
2.
Mengenal dan mengubah sumber stres, yang dapat dilakukan dengan tiga macam
pendekatan, yaitu: (a) bersikap asertif, yaitu berusaha mengetahui,
menganalisis, dan mengubah sumber stres. Misalnya: bila ditegur pimpinan, maka
respon yang ditampilkan bukan marah, melainkan menganalisis mengapa sampai
ditegur; (b)
menarik diri/menghindar dari sumber stres. Tindakan ini biasanya dilakukan bila
sumber stres tidak dapat diatasi dengan baik. Namun cara ini sebaiknya tidak
dipilih karena akan menghambat pengembangan diri. Kalaupun dipilih, lebih
bersifat sementara, sebagai masa penangguhan sebelum mengambil keputusan
pemecahan masalah; dan (c) kompromi, yang bisa dilakukan dengan konformitas
(mengikuti tuntutan sumber stres, pasrah) atau negosiasi (sampai batas tertentu
menurunkan intensitas sumber stres dan meningkatkan toleransi terhadap stres).
Sumber:
- Sunarto &
Hartono, B. Agung. (1995). Perkembangan peserta didik. Jakarta: Rineka Cipta
Wahjosumidjo.
- http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2012/03/perkembangan-menurut-psikologi.html
- Chaplin,J.P. (a.b. Kartini Kartono). (2001). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers
- http://ameliyah-bintangkecil.blogspot.com/2013/04/tulisan-2-pengertian-stress-tipe-tipe.html
No comments:
Post a Comment