Pemberdayaan didefinisikan sebagai suatu kelompok
atau kapasitas individu untuk membuat pilihan yang efektif, yaitu, untuk
membuat pilihan dan kemudian mengubah pilihan-pilihan dalam tindakan yang
diinginkan dan hasil (Alsop et al, 2006). Pemberdayaan didefinisikan sebagai
nama kelompok atau individu kapasitas untuk
membuat pilihan yang efektif, yaitu untuk membuat pilihan dan kemudian mentransformasikan pilihan nihil ke dalam, tindakan dan Revenues yang diharapkan. Pemberdayaan melibatkan perubahan kualitatif. Pengukuran numerik yang tepat dari jenis yang digunakan untuk menangkap perubahan dalam produksi, konsumsi dan pendapatan, tidak dapat diterapkan pada perubahan yang terjadi sebagai hasil dari pemberdayaan. Pemberdayaan melibatkan proses yang di dilakukan oleh individu atau kelompok, yang mengarah ke perubahan dalam tingkat kontrol yang mereka miliki atas aset tertentu, ditambah perubahan dalam hubungan mereka dengan orang lain (Bartlett, 2004). Pemberdayaan melibatkan proses. Beberapa transformasi dapat terjadi dalam waktu beberapa jam, tapi lain waktu bertahun-tahun (Bartlett, 2004). Proses pemberdayaan berarti transisi dari keadaan ketidakberdayaan ke keadaan kontrol lebih besar atas kehidupan, nasib, dan lingkungan seseorang. Proses ini bertujuan untuk mengubah tiga dimensi dari kondisi social yaitu, untuk membawa perubahan dalam perasaan dan kapasitas masyarakat, kehidupan kolektif yang mereka milik, dan praktek profesional yang terlibat dalam situasi tersebut (Sadan, 2004). Empowerment memerlukan individu bertanggung jawab dalam menyiapkan keseluruhan tugas. Pekerja bertanggung jawab sepenuhnya dan accountable kepada tugasan atau kuasa yang telah diserahkan kepadanya. Dalam perkataan lain, empowerment menjurus kepada perluasan bidang kerja terutama dari sudut interaksi dan kebergantungan dengan pihak lain dalam organisasi (Besterfield, D.H et al. 2003).
membuat pilihan yang efektif, yaitu untuk membuat pilihan dan kemudian mentransformasikan pilihan nihil ke dalam, tindakan dan Revenues yang diharapkan. Pemberdayaan melibatkan perubahan kualitatif. Pengukuran numerik yang tepat dari jenis yang digunakan untuk menangkap perubahan dalam produksi, konsumsi dan pendapatan, tidak dapat diterapkan pada perubahan yang terjadi sebagai hasil dari pemberdayaan. Pemberdayaan melibatkan proses yang di dilakukan oleh individu atau kelompok, yang mengarah ke perubahan dalam tingkat kontrol yang mereka miliki atas aset tertentu, ditambah perubahan dalam hubungan mereka dengan orang lain (Bartlett, 2004). Pemberdayaan melibatkan proses. Beberapa transformasi dapat terjadi dalam waktu beberapa jam, tapi lain waktu bertahun-tahun (Bartlett, 2004). Proses pemberdayaan berarti transisi dari keadaan ketidakberdayaan ke keadaan kontrol lebih besar atas kehidupan, nasib, dan lingkungan seseorang. Proses ini bertujuan untuk mengubah tiga dimensi dari kondisi social yaitu, untuk membawa perubahan dalam perasaan dan kapasitas masyarakat, kehidupan kolektif yang mereka milik, dan praktek profesional yang terlibat dalam situasi tersebut (Sadan, 2004). Empowerment memerlukan individu bertanggung jawab dalam menyiapkan keseluruhan tugas. Pekerja bertanggung jawab sepenuhnya dan accountable kepada tugasan atau kuasa yang telah diserahkan kepadanya. Dalam perkataan lain, empowerment menjurus kepada perluasan bidang kerja terutama dari sudut interaksi dan kebergantungan dengan pihak lain dalam organisasi (Besterfield, D.H et al. 2003).
Definisi
Stress, Sumber Stress dan Pendekatannya
1. Pengertian Stress
Stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat
seorang individudihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang
terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya
dipandang tidak pasti dan penting.
Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu
sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat. Stress adalah
istilah payung yang merangkumi tekanan, beban, konflik, keletihan, ketegangan,
panik, perasaan gemuruh, anxieti, kemurungan dan hilang daya pertimbangan.
Gejala stress ini terhasil apabila seseorang itu merasa yang keperluan melebihi
dari keupayaan atau sumber yang ada pada dirinya. Perasaan berkemampuan dan
berkesan adalah mustahil pada seseorang individu. Menyadari yang diri adalah
cekap dan efektif dalam mencapai apa yang dihajati dan melaksanakan segala tanggung
jawabnya adalah prasyarat penting pada kebanyakan individu profesional dalam
penerimaan diri, nilai diri yang positif dan kesejahteraan hidupnya. Jika
kepentingan ini terlampau kuat dalam diri seseorang itu, maka ia akan lebih
cenderung kepada stress yang dicipta dalam dirinya sendiri. Reaksi stress
adalah unik kepada individu itu. Apa yang kita definasikan sebagai stress,
bagaimana kita beraksi kepada stress dan bagaimana baiknya kita mengawal stress
adalah bergantung kepada bagaimana individu itu menerima dirinya dan orang
lain. Seperti juga penerimaan seseorang itu kepada kebahagiaan dalam kehidupan,
ianya adalah begitu subjektif. Faktor persepsi adalah penting dan bermistri.
Kerap kali apa yang dianggap racun kepada seseorang itu adalah madu pada orang
lain. Sesuatu ransangan luaran yang identikal itu boleh mengasilkan pengamatan
yang berbeda di antara dua individu yang berlainan dan seterusnya mengasilkan
tindakbalas yang berbeda. Sebab itulah ada orang yang cepat merebut peluang
kerana dia dapat melihat itu sebagai pembukaan kepada kejayaan, dan sebaliknya
ada orang membiarkan peluang yang sama berlalu kerana ia melihatnya sebagai
punca kepada kerugian atau kegagalan. Bagaimana kita mengamati kehidupan adalah
ditentukan oleh cara kita menerima diri sendiri. Oleh itu sesuatu realiti itu
bukan dijadikan untuk kita, tetapi dibentuk oleh kita sendiri. Bergantung
kepada diri seseorang, ada yang bangkit dengan cabaran dalam kesukaran
kehidupan, ada yang menggelak, ada yang terus bergelumang dengan kesukaran dan
ada yang terus hilang daya pertimbangan dengan manifetasi gangguan saraf,
sistem kardiovaskular ataupun kecelaruan psikiatri.
· Faktor Lingkungan
· Faktor Organisasi
· Faktor Pribadi
Pendekatan
Stress :
·
Pendekatan dukungan social yaitu melakukan aktivitas untuk mendapat
kepuasan social.
·
Pendekatan melalui meditasi yaitu berkonsentrasi ke alam pikiran dan
menenangkan emosi kurang lebih dua puluh menit.
·
Pendekatan melalui biofeedback yaitu segera mencari bantuan melalui
bimbingan medis seperti Dokter, Psikolog dsb.
·
Pendekatan kesehatan pribadi yaitu pendekatan paling preventif sebelum
terjadi stress.
Atau
melakukan cara :
· Tanamkan jiwa sabar
· Selalu mensyukuri nikmat Allah
· Menumbuhkan jiwa optimis
· Selalu berdoa
Defenisi
Konflik
Konflik merupakan suatu gejala yang umumnya muncul sebagai akibat dari interaksi manusia dalam hidup bermasyarakat. Konflik akan timbul ketika terjadi persaingan baik individu maupun kelompok. Konflik juga bisa dipicu karena adanya perbedaan pendapat antara komponen-komponen yang ada didalam masyarakat membuatnya saling mempertahankan ego dan memicu timbulnya pertentangan. Bukan hanya di masyarakat konflik juga bisa terjadi di satuan kelompok masyarakat terkecil, keluarga, seperti konflik antar saudara atau suami dan istri. Berikut ini beberapa pengertian konflik atau definisi konflik yang dikeluarkan oleh beberapa ahli :
·
Berstein (1965), konflik merupakan suatu pertentangan, perbedaan yang
tidak dapat dicegah.
· Dr.
Robert M.Z. Lawang, menurutnya konflik adalah perjuangan untuk memperoleh
nilai, status, kekuasaan, dimana tujuan dari mereka yang berkonflik, tidak
hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya.
· Drs.
Ariyono Suyono, menurutnya pengertian konflik adalah proses atau keadaan dimana
ada dua pihak yang berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing
disebabkan karena adanya perbedaan pendapat, nilai-nilai ataupun tuntutan dari
masing-masing pihak.
· Soerjono Soekanto, menurutnya konflik adalah
proses sosial dimana orang atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya
dengan jalan menentang pihak lain yang disertai ancaman dan kekerasan.
Jenis-Jenis
Konflik
Terdapat berbagai macam jenis konflik, tergantung
pada dasar yang digunakan untuk membuat klasifikasi. Ada yang membagi konflik
atas dasar fungsinya, ada pembagian atas dasar pihak-pihak yang terlibat dalam
konflik, dan sebagainya.
·
Konflik Dilihat dari Fungsi
Berdasarkan fungsinya, Robbins (1996) membagi
konflik menjadi dua macam, yaitu: konflik fungsional (Functional Conflict) dan
konflik disfungsional (Dysfunctional Conflict). Konflik fungsional adalah
konflik yang mendukung pencapaian tujuan kelompok, dan memperbaiki kinerja
kelompok. Sedangkan konflik disfungsional adalah konflik yang merintangi
pencapaian tujuan kelompok. Menurut Robbins, batas yang menentukan apakah suatu
konflik fungsional atau disfungsional sering tidak tegas. Suatu konflik mungkin
fungsional bagi suatu kelompok, tetapi tidak fungsional bagi kelompok yang
lain. Begitu pula, konflik dapat fungsional pada waktu tertentu, tetapi tidak
fungsional di waktu yang lain. Kriteria yang membedakan apakah suatu konflik
fungsional atau disfungsional adalah dampak konflik tersebut terhadap kinerja
kelompok, bukan pada kinerja individu. Jika konflik tersebut dapat meningkatkan
kinerja kelompok, walaupun kurang memuaskan bagi individu, maka konflik
tersebutdikatakan fungsional. Demikian sebaliknya, jika konflik tersebut hanya
memuaskan individu saja, tetapi menurunkan kinerja kelompok maka konflik
tersebut disfungsional.
·
Konflik Dilihat dari Pihak yang Terlibat di Dalamnya
Berdasarkan pihak-pihak yang terlibat di dalam
konflik, Stoner dan Freeman (1989) membagi konflik menjadi enam macam, yaitu:
1) Konflik dalam diri individu (conflict within the
individual). Konflik ini terjadi jika seseorang harus memilih tujuan yang
saling bertentangan, atau karena tuntutan tugas yang melebihi batas
kemampuannya.
2) Konflik antar-individu (conflict among
individuals). Terjadi karena perbedaan kepribadian (personality differences)
antara individu yang satu dengan individu yang lain.
3) Konflik antara individu dan kelompok (conflict
among individuals and groups). Terjadi jika individu gagal menyesuaikan diri
dengan norma - norma kelompok tempat ia bekerja.
4) Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama
(conflict among groups in the same organization). Konflik ini terjadi karena
masing - masing kelompok memiliki tujuan yang berbeda dan masing-masing
berupaya untuk mencapainya.
5) Konflik antar organisasi (conflict among
organizations). Konflik ini terjadi jika tindakan yang dilakukan oleh
organisasi menimbulkan dampak negatif bagi organisasi lainnya. Misalnya, dalam
perebutan sumberdaya yang sama.
6) Konflik antar individu dalam organisasi yang
berbeda (conflict among individuals in different organizations). Konflik ini
terjadi sebagai akibat sikap atau perilaku dari anggota suatu organisasi yang
berdampak negatif bagi anggota organisasi yang lain. Misalnya, seorang manajer
public relations yang menyatakan keberatan atas pemberitaan yang dilansir
seorang jurnalis.
·
Konflik Dilihat dari Posisi Seseorang dalam Struktur Organisasi
Winardi (1992) membagi konflik menjadi empat macam,
dilihat dari posisi seseorang dalam struktur organisasi. Keempat jenis konflik
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Konflik vertikal, yaitu konflik yang terjadi
antara karyawan yang memiliki kedudukan yang tidak sama dalam organisasi.
Misalnya, antara atasan dan bawahan.
2) Konflik horizontal, yaitu konflik yang terjandi
antara mereka yang memiliki kedudukan yang sama atau setingkat dalam
organisasi. Misalnya, konflik antar karyawan, atau antar departemen yang
setingkat.
3) Konflik garis-staf, yaitu konflik yang terjadi
antara karyawan lini yang biasanya memegang posisi komando, dengan pejabat staf
yang biasanya berfungsi sebagai penasehat dalam organisasi.
4) Konflik peran, yaitu konflik yang terjadi karena
seseorang mengemban lebih dari satu peran yang saling bertentangan. Di samping
klasifikasi tersebut di atas, ada juga klasifikasi lain, misalnya yang
dikemukakan oleh Schermerhorn, et al. (1982), yang membagi konflik atas:
substantive conflict, emotional conflict, constructive conflict, dan
destructive conflict.
Proses
Konflik
Proses
Konflik Proses konflik terdiri dari lima tahap antara lain potensi oposisi atau
ketidakcocokan,kognisi dan personalisasi, maksud (niat), perilaku, dan hasil.
Konflik dapat berkembang karena berbagai sebab, antara lain sebagai berikut :
· Batasan pekerjaan yang tidak jelas
· Hambatan komunikasi
· Tekanan waktu
· Standar peraturan dan kebijakan yang
tidak masuk akal
· Pertikaian antara pribadi
· Perbedaan status
· Harapan yang tidak terwujud
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi
(pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya,
komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua
belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh
keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik
badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
2. Proses
Komunikasi
Proses komunikasi secara primer adalah proses
penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam
proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal
(kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara
langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada
komunikan. Seperti disinggung di muka, komunikasi berlangsung apabila terjadi
kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata lain ,
komunikasi adalah proses membuat pesan yang setala bagi komunikator dan
komunikan. Prosesnya sebagai berikut, pertama-tama komunikator menyandi
(encode) pesan yang akan disampaikan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti
komunikator memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang
(bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian giliran
komunikan untuk menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. Ini berarti ia
menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi
dalam konteks pengertian. Yang penting dalam proses penyandian (coding) adalah
komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat menerjemahkan sandi tersebut
(terdapat kesamaan makna).
3. Hambatan dalam Komunikasi
Melakukan komunikasi yang efektif tidaklah mudah.
Beberapa ahli menyatakan bahwa tidak ada proses komunikasi yang sebenar-benarnya
efektif, karena selalu terdapat hambatan. Hambatan komunikasi pada umumnya
mempunyai dua sifat berikut ini :
a). Hambatan yang bersifat objektif, yaitu hambatan
terhadap proses komunikasi yang tidak disengaja dibuat oleh pihak lain tetapi
lebih disebabkan oleh keadaan yang tidak menguntungkan. Misalnya karena cuaca,
kebisingan kalau komunikasi di tempat ramai, waktu yang tidak tepat, penggunaan
media yang keliru, ataupun karena tidak kesamaan atau tidak “in tune” dari
frame of reference dan field of reference antara komunikator dengan komunikan.
b). Hambatan yang bersifat subjektif, yaitu hambatan
yang sengaja di buat orang lain sebagai upaya penentangan, misalnya
pertentangan kepentingan, prasangka, tamak, iri hati, apatisme, dan
mencemoohkan komunikasi.
4. Komunikasi Interpersonal
a. Componential
Menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan
mengamati komponen-komponen utamanya, dalam hal ini adalah penyampaian pesan
oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain dengan berbagai dampaknya
dan dengan peluang untuk memberikanumpan balik segera.
b. Situasional
Interaksi
tatap muka antara dua orang dengan potensi umpan balik langsung.
5. Model Pengolahan Informasi Komunikasi
Model-model Pengolahan Informasi pada dasarnya
menitikberatkan pada cara-cara memperkuat dorongan-dorongan internal (datang
dari dalam diri) manusia untuk memahami dunia dengan cara menggali dan
mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan
pemecahannya, serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya. Model
Pengolahan informasi berorientasi pada :
· Proses Kognitif
· Pemahaman Dunia
· Pemecahan Masalah
· Berpikir Induktif
6. Model Interaktif Manajemen dalam Komunikasi
Keseluruhan proses manajemen dibangun berdasarkan
hubungan ikatan kepercayaan yang membutuhkan keterbukaan dan kejujuran baik
dari pihak manajer maupun pekerja. Bawahan menurut /melakukan pekerjaannya,
bukan karena mereka dibuat seperti itu, tetapi karena mereka merasa mengerti
oleh manajer dan memahami masalahnya. Pekerja bekerja keras untuk membuat
keputusan yang benar. Mereka merasa tidak suka dimanipulasi, dikontrol, atau
dibujuk untuk membuat keputusan bahkan jika keputusan itu yang akhirnya mereka
buat. Jangan memecahkan masalah bawahan. Mereka akan merasa tidak menyukai
solusi tersebut, dan jika anda sebagai manajer memperkenalkan solusinya, mereka
akan tidak menyukai anda. Tunjukan masalahnya; jangan pecahkan. Biarkan bawahan
memecahkan masalah-masalah mereka dengan bantuan anda.
Sumber
:
Lord
Jhon dan Pegy Hutchion dalam jurnal " the prosses of empowerment" .
Canada 1999
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06.
penanganan - kerja
http://
raitetsu.wordpress.com.2013/03. manajemen konflik
http://
pengertian manajemen.blogspot.com
No comments:
Post a Comment